Hingga 31 Maret 2025, ekuitas Garuda negatif hingga USD1,43 miliar atau Rp23 triliun. Kondisi tersebut terjadi terutama akibat kerugian perseroan.
Kerugian perseroan secara akumulasi mencapai USD3,6 miliar atau Rp58 triliun. Selain itu, Garuda juga memiliki utang berbunga hingga Rp62 triliun.
Agenda pertama RUPSLB Garuda dilakukan untuk meminta restu pemegang saham soal rencana restrukturisasi penyehatan GIAA. Proses restrukturisasi dilakukan dengan mempertimbangkan Peraturan Menteri BUMN Nomor PER2/MBU/3/2023 tentang Pedoman Tata Kelola dan Kegiatan Korporasi Singifikan BUMN.
Sementara untuk agenda kedua, perseroan mengubah susunan manajemen. Saat ini, Garuda dipimpin oleh Direktur Utama Wamildan Tsani dengan dibantu oleh lima direktur, yakni Ade R. Susardi, Enny Kristiani, Rahmat Hanafi, Tumpal Hutapea, dan Prasetyo.
Di jajaran komisaris Garuda, ada empat anggota, yakni Komisaris Independen Utama Fajar Prasetyo, Komisaris Glenny Kairupan, Komisaris Chairal Tanjung, dan Komisaris Independen Timur Sukirno.