IDXChannel - Sejumlah komoditas utama dunia, seperti emas, nikel dan logam mineral lainnya, minyak sawit alias Crude Palm Oil (CPO), minyak mentah hingga batu bara, mencatatkan kenaikan signifikan dalam dua pekan terakhir.
Pada perdagangan Kamis (14/3/2024), melansir Trading Economics pukul 10.00 WIB, sejumlah komoditas mengalami kenaikan tertinggi di antaranya adalah perak (3,58 persen), tembaga (3,17 persen) dan platinum (1,85 persen).
Selain itu, emas yang masing mengalami penguatan lanjutan setelah reli dalam hampir tiga pekan terakhir (0,78 persen).
Sementara itu, komoditas agrikultural yang memperoleh keuntungan tertinggi di antaranya adalah CPO dengan kenaikan 1,60 persen.
Dari pasar energi, komoditas yang mengalami kenaikan dipimpin oleh harga bensin (2,75 persen), minyak mentah WTI (2,61 persen) dan minyak mentah Brent (2,41 persen).
Ini menjadi sinyal sektor komoditas kembali menghadapi bonanza menjelang berakhirnya kuartal pertama 2024.
Lantas, bagaimana prospek komoditas di tengah optimisme pemangkasan suku bunga oleh bank sentral utama dunia, seperti The Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS), hingga prospek pertumbuhan ekonomi China sebagai pasar terbesar sejumlah komoditas ini?
Arah Komoditas di Tengah Berbagai Sentimen
Perkembangan pasar komoditas tahun ini akan dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya permintaan global yang lemah akan membatasi pertumbuhan harga energi, ketidakpastian seputar produksi global, stabilitas pasokan, dan ketegangan geopolitik.
Tak hanya itu, risiko lain datang dari proyeksi PDB riil global yang diperkirakan akan melambat menjadi 2,7 persen pada 2024, terutama di negara-negara maju.
Menjelang berakhirnya kuartal pertama 2024, arah komoditas kini tergantung pada kinerja ekonomi dua negara adidaya, Amerika Serikat (AS) dan China
Dua negara ini baru saja merilis data inflasi bulanan dan tahunan, tepatnya pada Minggu (9/3/2024) dan Selasa (12/3).
Inflasi tahunan AS yang mengukur laju kenaikan harga tercatat sebesar 3,2 persen pada bulan Februari, naik dari 3,1 persen pada Januari, berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS.
China juga melaporkan inflasi bulanan di mana indeks harga konsumen (CPI) naik sebesar 0,7 persen yoy pada bulan Februari 2024, di atas perkiraan pasar sebesar 0,3 persen. (Lihat grafik di bawah ini.)
Data terbaru ini menyelamatkan China dari deflasi alias penurunan tajam harga-harga dalam 14 tahun terakhir sebesar 0,8 persen pada Januari.
Angka terbaru ini juga menjadi inflasi konsumen yang pertama sejak Agustus lalu, yang mencapai level tertinggi dalam 11 bulan karena tingginya belanja selama liburan Tahun Baru Imlek.