Menurut analisis Hansen, rekor pembelian bank sentral dalam dua tahun terakhir adalah alasan utama mengapa harga emas berhasil menguat, meskipun imbal hasil riil melonjak, dan mengapa perak lebih menderita selama periode koreksi.
“Dengan berlanjutnya permintaan bank sentral, yang berpotensi didukung oleh melemahnya dolar, kita dapat melihat emas mencapai rekor tertinggi baru di USD2.300,” lanjut Hansen.
Nikel
Harga nikel berjangka juga berada di jalur penguatan menjadi sekitar USD18.000 per ton, dan mencapai tertinggi dalam empat bulan terakhir.
Kinerja nikel juga masih didorong oleh meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank-bank sentral utama didukung oleh pernyataan dari anggota The Fed dan ECB.
Selain itu, investor juga masih terus menilai prospek industri dari konsumen logam terkemuka utama dunia yakni China setelah data CPI dan perdagangan yang positif.
Inflasi harga konsumen di China naik 0,7 persen yoy pada bulan Februari dan menjadi kenaikan pertama sejak September 2023.
Selain itu, penjualan kendaraan energi baru China melonjak 29,4 persen pada Januari-Februari 2024, sehingga meningkatkan permintaan nikel, yang digunakan dalam pembuatan baterai kendaraan listrik.
Namun, pergerakan kenaikan komoditas ini terbatas karena kelebihan pasokan yang disebabkan produksi yang masif di Indonesia.
CPO
Minyak sawit alias CPO juga telah berada di jalur penguatan sepanjang tahun ini. Per Kamis (14/3/2024), harga CPO menguat 2,38 persen melonjak di sekitar MYR4.300 pada pukul 14.04 WIB, menjadi level terkuat dalam setahun terakhir.
Harga CPO kini bahkan melampaui harga proyeksi di tahun ini sebesar MYR4.200. Secara historis, CPO mencapai angka tertinggi sepanjang masa yaitu MYR7.268 pada bulan Maret 2022.
Ini menjadi kenaikan CPO sejak harganya melemah pada 2023. Mengingat, pasokan minyak sawit diperkirakan akan tetap terbatas pada kuartal pertama 2024 karena produksi yang lebih rendah secara musiman dan cuaca buruk.
Data terbaru juga menunjukkan inventaris CPO turun 5 persen bulanan ke level terendah dalam 7 bulan sebesar 1,92 juta metrik ton di bulan Februari.
Selanjutnya, kekhawatiran mengenai lemahnya produksi masih berlanjut karena produksi anjlok 10,18 persen ke level terendah dalam 10 bulan sebesar 1,26 juta ton pada bulan lalu.
Selain itu, Ramadan dan persiapan hari raya Idul Fitri pada pertengahan April biasanya akan memicu lonjakan permintaan dalam waktu dekat.
Berdasarkan data surveyor kargo, pengiriman produk minyak sawit Malaysia untuk 1-10 Maret tumbuh 6,8 persen, menurut Intertek Testing Services. Sementara itu, AmSpec Agri mengatakan pengiriman naik 6,2 persen selama periode tersebut.
Namun, daya tarik bullish CPO bisa dibatasi data penurunan ekspor sebesar 24,75 persen selama bulan Februari. Di India, pembeli utama minyak sawit, impor minyak sawit merosot ke level terendah dalam 9 bulan pada bulan lalu.
Meski demikian, harga CPO juga secara umum diperkirakan akan membaik pada tahun 2024, rata-rata dibandingkan dengan harga sebesar MYR3.796 per ton pada 2023 yang sebagian besar didukung oleh perkiraan produksi yang rendah hingga stagnansi di tengah kuatnya pemulihan permintaan ekspor.
Faktor-faktor utama yang mengatur harga kelapa sawit pada tahun 2024, selain fundamental penawaran dan permintaan, termasuk kebijakan pemerintah, dampak El-Nino, kebijakan campuran biodiesel, kekuatan permintaan impor China dan kebijakan Uni Eropa tentang Peraturan Bebas Deforestasi.
Tembaga
Tembaga berjangka juga melonjak hingga lebih dari USD4,0 per pon, mencapai level tertinggi dalam lebih dari tujuh bulan.
Kenaikan ini setelah pabrik peleburan tembaga terkemuka China setuju untuk mengurangi produksi di fasilitas yang tidak menguntungkan karena kekurangan bahan mentah.
Keputusan ini diambil ketika harga konsentrat tembaga anjlok ke level terendah dalam satu dekade, sehingga berdampak pada profitabilitas pabrik peleburan.
Meskipun tidak ada batasan produksi spesifik yang ditetapkan, setiap smelter akan mengevaluasi operasi dan melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan.