Dia mencatat, GOTO mencoba mengakuisisi kembali pengguna lama lewat program Hemat, yang menghasilkan pertumbuhan pengguna sebesar 26 persen pada kuartal II-2024. Langkah tersebut menekan EBITDA yang Disesuaikan GOTO sebagai imbas dari kenaikan biaya akuisisi pengguna.
"Namun, manajemen memperkirakan EBITDA secara bulanan akan kembali positif di kuartal III-2024," katanya.
Namun, menurut Niko, rasio recurring cost to GTV yang turun pada kuartal II menunjukkan akuisisi pengguna tersebut gagal membuka potensi leverage dalam ekosistem perseroan.
Niko mempertahankan rating BUY pada saham GOTO namun dengan target harga yang lebih rendah di Rp90 per saham dari sebelumnya Rp120 per saham. Penurunan target harga ini sebagai dampak dari perhitungan ulang dari metode Price to Share (P/S) menjadi Discounted Cash Flow (DCF). Saat ini, harga saham GOTO bertengger di level Rp52.
Dia memperkirakan, pendapatan bersih GOTO sepanjang 2024 akan mencapai Rp15,3 triliun dengan kerugian bersih Rp2,49 triliun. Bisnis GOTO dinilainya masih berisiko, terutama dari persaingan di industri e-commerce yang ditambah dengan perginya investor awal.
(Rahmat Fiansyah)