Meski paling moncer, pendapatan ADRO ini turun 15,76 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp91,5 triliun.
Adapun emiten batu bara lainnya, PT Indika Energy Tbk. (INDY) mencetak penurunan pendapatan sebesar 26,6 persen menjadi Rp35,6 triliun. Begitu pula laba bersih INDY anjlok 72,27 persen menjadi Rp1,45 triliun.
Sementara kinerja emiten tambang pelat merah, PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) juga mengalami penurunan laba bersih 62,2 persen menjadi Rp3,7 triliun. Pendapatan PTBA juga tergerus 10,73 persen menjadi Rp27,7 triliun hingga akhir September 2023.
Emiten batu-bara lainnya, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD405,83 juta, setara dengan Rp 6,3 triliun (kurs Rp 15.720 per USD) pada kuartal III-2023.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, nilai tersebut susut sebesar 54,5 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya sebesar 893,81 juta dollar AS atau setara dengan Rp 14 triliun.
Seiring dengan penurunan laba, ITMG juga mencatatkan penurunan pendapatan bersih pada kuartal yang sama sebesar 30,2 persen menjadi USD1,82 miliar atau setara dengan Rp 28,6 triliun. Jika dibandingkan, pendapatan bersih pada periode sama tahun lalu sebesar USD2,61 miliar atau Rp 41 triliun.
Adapun dua perusahaan tambang batu bara lainnya, yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) belum melaporkan kinerja keuangan mereka pada kuartal III tahun ini.
Namun, sepanjang semester I 2023, BYAN mengalami peningkatan pendapatan 2 persen year on year (yoy) menjadi USD2,04 miliar, dengan laba bersih turun 25 persen secara tahunan menjadi USD723,85 juta atau setara Rp 11,51 triliun.
Sementara BUMI mengumumkan perolehan pendapatan perusahaan di Semester I-2023 mencapai USD3,3 miliar. Jumlah ini juga turun sebesar 13,3 persen jika dibandingkan dengan perolehan di periode sama tahun sebelumnya sebesar USD3,81 miliar. (ADF)