IDXChannel - Harga minyak sawit mentah (CPO) menguat pada Rabu (28/5/2025), menandai kenaikan selama empat sesi berturut-turut. Penguatan ini didorong oleh naiknya harga minyak nabati saingan di bursa Dalian serta harga minyak mentah yang lebih tinggi.
Pelemahan ringgit Malaysia turut memberikan dukungan, karena membuat minyak sawit lebih menarik bagi pembeli asing.
Berdasarkan data pasar, pukul 15.50 WIB, kontrak berjangka (futures) CPO di Bursa Malaysia Derivatives naik 1,06 persen ke level MYR3.908 per ton.
Dari sisi ekspor, dikutip dari Trading Economics, Rabu (28/5), lembaga survei kargo mencatat pengiriman produk minyak sawit Malaysia selama periode 1–25 Mei naik antara 7,3 persen hingga 11,6 persen dibandingkan periode yang sama bulan April.
Di India, sebagai salah satu negara pembeli utama, permintaan minyak sawit diperkirakan pulih setelah sempat lesu sejak Desember lalu.
Menurut kepala riset di pialang minyak nabati Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani, harga CPO terus menguat karena aksi short-covering pada Selasa dan penguatan pasar minyak nabati di China.
"Nilai tukar ringgit tetap stabil, sementara pasar minyak kedelai di Amerika Utara dan Selatan tidak memberikan arah yang jelas," kata Bagani, dilansir dari Reuters, Rabu (28/5).
Meski menunjukkan tren kenaikan, harga minyak sawit masih berada di dekat titik terendah dalam lebih dari tujuh bulan. Para pelaku pasar memperkirakan stok meningkat, seiring ekspektasi bahwa produksi Mei akan setara atau melebihi capaian April.
Sementara itu, Dewan Minyak Sawit Malaysia memproyeksikan pertumbuhan produksi berlanjut dari Mei hingga September. Kenaikan ini didorong oleh aktivitas replanting, cuaca yang mendukung, dan praktik budidaya yang membaik, terutama di kalangan petani kecil.
Harga minyak mentah dunia juga naik di awal perdagangan setelah Amerika Serikat (AS) melarang Chevron mengekspor minyak mentah dari Venezuela berdasarkan otorisasi baru atas aset perusahaan tersebut, yang meningkatkan potensi pengetatan pasokan global.
Kenaikan harga minyak mentah turut mendorong daya tarik minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel.
Ringgit Malaysia, mata uang utama dalam perdagangan minyak sawit, melemah 0,17 persen terhadap dolar AS, sehingga membuat komoditas ini sedikit lebih murah bagi pembeli asing.
Sementara itu, data Komisi Eropa mencatat impor kedelai Uni Eropa untuk musim 2024/25 yang dimulai Juli mencapai 12,69 juta ton hingga 25 Mei, naik 7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, impor minyak sawit turun 19 persen menjadi 2,57 juta ton. (Aldo Fernando)