Selain itu, penguatan harga emas juga disebabkan oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang melemah.
Budi melanjutkan, harga emas akan kembali normal apabila kondisi ekonomi global kembali stabil. Hal itu mendorong investor menjual aset emasnya dan kembali berinvestasi pada instrumen saham dan obligasi.
Di sisi lain, Budi menilai investasi pada instrumen emas tidak memberikan arus kas seperti saham. Jika berinvestasi saham para investor akan mendapatkan dividen.
Meski begitu, emas masih menjadi instrumen investasi yang paling diburu di tengah ketidakpastian ekonomi yang tinggi.
“Saat resesi, Covid, perang, itu pasti yang dikejar emas dan beberapa akan memindahkan dari saham dan obligasi ke emas,” tutur Budi.
(Febrina Ratna Iskana)