Sementara, rencana hilirisasi akan dilakukan dengan ikut serta dalam proses pengolahan bijih nikel kadar rendah dengan teknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi), untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.
"Kami akan meningkatkan kegiatan eksplorasi dan produksi di tahun ini seiring dengan pertumbuhan kinerja dan tingginya kebutuhan nikel, terutama industri manufaktur, konstruksi, dan bahan baku produksi baterai kendaraan listrik," papar Ruddy.
Dijelaskan Ruddy, prospek bisnis NICL bakal ditopang oleh prospek tingginya permintaan bijih nikel kadar tinggi, terutama karena industri pengolahan (smelter).
Hadirnya industri baterai nasional, seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hydrometalurgi, juga akan mendorong kinerja PAM dengan diserapnya nikel kadar rendah. (TSA)