Sementara itu, kenaikan harga emas dibatasi oleh bukti lebih lanjut bahwa perekonomian AS tetap tangguh sehingga memperkuat pandangan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Perekonomian AS tumbuh pada laju tercepat dalam hampir dua tahun pada kuartal ketiga, bertentangan dengan perkiraan resesi. Di tempat lain, Bank Sentral Eropa (ECB) menghentikan kenaikan suku bunga berturut-turut selama 15 bulan, membiarkan suku bunga utamanya tidak berubah setelah serangkaian pembacaan PMI yang lemah.
Harga minyak sawit (Crude palm oil/CPO) masih berada di level support kisaran MYR3.700 per ton. Harga CPO berada di level MYR 3775 per ton pada perdagangan Jumat (27/10). Harga CPO sempat turun di level MYR3.667 per ton pada Selasa (24/10).
Mengutip New Straits Times, kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatif diperkirakan diperdagangkan dengan bias turun minggu ini karena para pedagang tetap berhati-hati terhadap kemungkinan kenaikan stok.
Pekan lalu, sebagian besar kontrak berjangka CPO diperdagangkan lebih tinggi, karena mengikuti pergerakan pasar minyak kedelai dan harga minyak mentah.
Mengutip data Trading Economics, harga minyak sawit sudah turun MYR399 per ton atau 9,56 persen sejak awal 2023, menurut perdagangan contract for Difference (CFD) yang melacak pasar acuan untuk komoditas ini. Secara historis, CPO sempat mencapai angka tertinggi sepanjang masa alias all time high yaitu di level MYR7.268 per ton pada Maret 2022.
Harga batu bara berjangka Newcastle diperdagangkan sekitar USD135 per ton, terendah dalam sebelas minggu, karena peningkatan produksi batu bara sebagai respons terhadap meningkatnya permintaan listrik.
Harga batu bara per Jumat (27/10) berada di level USD138,2 per ton, menguat tipis 0,40 persen.
Produksi batu bara China per September naik 0,4 persen dibandingkan Agustus, dan mencapai tingkat tertinggi sejak Maret setelah dicabutnya aturan pembatasan operasional tambang karena insiden kecelakaan beberapa waktu lalu.
Output listrik berbahan bakar batu bara di China juga meningkat sebesar 2,3 persen dari tahun-ke-tahun (yoy) pada September, dan permintaan listrik secara keseluruhan melonjak sebesar 9,9 persen, melampaui ekspektasi.
Selain itu, impor batu bara China meningkat sebesar 27,5 persen pada bulan yang sama karena kenaikan harga batu bara dalam negeri, meningkatnya penggunaan industri, dan persediaan musiman menjelang cuaca dingin di China utara.
Ke depan, produksi batubara diperkirakan akan terus meningkat pada kuartal keempat tahun ini seiring dengan kembalinya operasi normal tambang.
Pada saat yang sama, permintaan batu bara China kemungkinan akan tetap tinggi selama bulan Oktober dan November seiring dengan persiapan perusahaan listrik untuk menghadapi musim dingin. (ADF)