Kenaikan ini terjadi setelah Bank Sentral China (PBOC) pada Senin menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,1 persen dari sebelumnya 3,35 persen, sebagai upaya untuk mencapai target pertumbuhan PDB 5 persen tahun ini setelah pekan lalu melaporkan pertumbuhan 4,6 persen di kuartal III-2024.
Pemotongan suku bunga ini adalah langkah terbaru China untuk mendongkrak ekonominya yang tertekan oleh krisis utang di sektor real estat, lemahnya konsumsi, dan meningkatnya pengangguran.
Permintaan minyak negara tersebut, yang naik satu juta barel per hari pada 2023, diperkirakan hanya akan naik 0,1 juta barel per hari tahun ini dan 0,3 juta barel per hari pada 2025, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA) AS, seiring pelemahan ekonomi dan transisi ke energi terbarukan.
"Meski para pengamat minyak yang masih optimis merasa senang melihat munculnya harapan perubahan di China akibat stimulus, ada peringatan akan penurunan harga Minyak Pemanas, Gasoil, dan Diesel," kata PVM Oil Associates, dikutip MT Newswires, Senin (21/10).
Namun, langkah-langkah China memberikan dukungan bagi harga minyak setelah harga WTI turun 8 persen pekan lalu.