ING Bank tetap memperkirakan harga minyak mentah Brent akan menembus di atas USD100 per barel dalam waktu dekat dengan asumsi OPEC+ tetap mengurangi pasokannya.
Seperti banyak pakar perminyakan lainnya, ING mengatakan pasar telah mengalami pengetatan akibat pengurangan produksi yang dilakukan oleh Arab Saudi dan Rusia, dan melihat defisit saat ini sebesar lebih dari 2 juta barel per hari dan akan bertahan hingga kuartal keempat tahun ini.
Tesis terbaru mereka memperkuat perkiraan bullish sebelumnya yang mereka keluarkan pada awal tahun dimana mereka memperkirakan pengetatan pasar dari kuartal kedua hingga akhir tahun.
ING Bank bukan satu-satunya badan energi yang melihat minyak melewati level psikologis penting USD100 per barel.
StanChart memperkirakan harga Brent pada Q4 2023 rata-rata USD 93 per barel dan mencapai level tertinggi intra-Q4 di atas USD 100/bbl.
Perbedaan pendapat para analis adalah mengenai berapa lama harga minyak senilai USD100 per barel dapat bertahan.
ING mengatakan OPEC kemungkinan akan menghadapi tekanan politik yang semakin besar karena harga bahan bakar terus meningkat.
Bank Belanda tersebut percaya bahwa secara historis strategi kelompok tersebut adalah menstabilkan pasar dan tidak menargetkan tingkat harga tertentu.
Oleh karena itu, memprediksi masa depan harga minyak bukanlah sekedar permainan fundamental. Melainkan melihat motif Arab Saudi memangkas produksi untuk mendongkrak pendapatan nasional atau memang adanya kebutuhan untuk menstabilkan pasar. (ADF)