IDXChannel - Harga minyak mentah turun pada Kamis (5/12/2024) meskipun OPEC+ memutuskan menunda rencana peningkatan produksi sukarela hingga April 2026, yang sebelumnya dijadwalkan mulai Januari 2025.
Kontrak berjangka (futures), minyak WTI untuk pengiriman Januari ditutup turun USD0,24 menjadi USD68,30 per barel, sementara futures Brent untuk Februari turun USD0,12 menjadi USD72,19 per barel.
Dalam rencana terbaru, pemotongan sukarela dari Saudi Arabia, Rusia, Irak, Uni Emirat Arab, Kuwait, Kazakhstan, Aljazair, dan Oman akan kembali ke pasar secara bertahap hingga September 2026.
OPEC menyatakan, dilansir dari MT Newswires, Kamis (5/12), "Penyesuaian 2,2 juta barel per hari ini akan dikembalikan secara bertahap setiap bulan hingga akhir September 2026 untuk mendukung stabilitas pasar. Penyesuaian ini dapat ditunda atau dibatalkan tergantung kondisi pasar."
Namun, analis memproyeksikan bahwa pasokan minyak akan melebihi permintaan mulai kuartal II-2025, dipicu peningkatan produksi dari Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Amerika Selatan, sementara pertumbuhan permintaan di China tetap lemah.
Laporan Administrasi Informasi Energi (EIA) AS menunjukkan produksi minyak AS mencapai rekor 13,51 juta barel per hari minggu lalu, naik dari 13,1 juta barel per hari tahun lalu.
Di Alberta, sumber utama impor minyak AS, produksi juga mencapai rekor 4,18 juta barel per hari pada Oktober, naik 0,36 juta barel dibanding September.
"Produksi minyak AS yang terus mencatat rekor baru menunjukkan potensi peningkatan lebih lanjut, terutama dengan adanya presiden AS pro-industri minyak yang dapat memperlancar jalur produksi,” kata PVM Oil Associates.
Sementara, analis dari Gelber & Associates mencatat, meski OPEC+ memperpanjang pemotongan produksi, pasar tetap berada dalam kisaran harga sempit.
"Dampak berita terhadap harga minyak masih terbatas karena ketidakpastian terkait perubahan kebijakan serta kondisi pasar menjelang akhir tahun,” katanya. (Aldo Fernando)