sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Melonjak 13 Persen Pekan Ini, Imbas Memanasnya Situasi Timur Tengah

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
14/06/2025 10:55 WIB
Harga minyak melesat pada Jumat (13/6/2025) dan ditutup naik 7 persen setelah Israel dan Iran saling melancarkan serangan udara.
Harga Minyak Melonjak 13 Persen Pekan Ini, Imbas Memanasnya Situasi Timur Tengah. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Melonjak 13 Persen Pekan Ini, Imbas Memanasnya Situasi Timur Tengah. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak melesat pada Jumat (13/6/2025) dan ditutup naik 7 persen setelah Israel dan Iran saling melancarkan serangan udara, memicu kekhawatiran investor bahwa konflik ini dapat mengganggu ekspor minyak dari kawasan Timur Tengah.

Minyak Brent ditutup di level USD74,23 per barel, naik USD4,87 atau 7,02 persen, setelah sempat terbang lebih dari 13 persen ke level intraday tertinggi USD78,50—level tertinggi sejak 27 Januari. Secara mingguan, Brent mencatat kenaikan 12,5 persen.

Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS mengakhiri perdagangan di USD72,98 per barel, naik USD4,94 atau 7,62 persen. Selama sesi, WTI sempat melesat lebih dari 14 persen ke posisi tertinggi sejak 21 Januari di USD77,62. Secara mingguan, WTI naik 13 persen.

Kedua acuan harga minyak tersebut mencatatkan lonjakan harian terbesar sejak 2022, ketika invasi Rusia ke Ukraina memicu lonjakan harga energi global.

Melansir dari Reuters, Israel menyatakan, telah menyerang fasilitas nuklir, pabrik rudal balistik, dan komandan militer Iran pada Jumat, dalam operasi yang disebut sebagai upaya jangka panjang mencegah Teheran membangun senjata nuklir. Iran berjanji memberikan respons keras.

Beberapa saat setelah perdagangan ditutup, laporan media menyebutkan bahwa rudal Iran menghantam sejumlah bangunan di Tel Aviv, Israel. Ledakan juga terdengar di wilayah selatan Israel.

Presiden AS Donald Trump mendesak Iran agar bersedia membuat kesepakatan terkait program nuklirnya demi menghentikan serangan lanjutan yang telah direncanakan.

Perusahaan Nasional Penyulingan dan Distribusi Minyak Iran menyatakan bahwa fasilitas penyulingan dan penyimpanan minyak tidak mengalami kerusakan dan tetap beroperasi.

Iran, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), saat ini memproduksi sekitar 3,3 juta barel per hari (bph), dan mengekspor lebih dari 2 juta bph minyak dan bahan bakar. Kapasitas cadangan produksi OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, yang dapat digunakan untuk menutupi gangguan pasokan, diperkirakan setara dengan output Iran, menurut analis dan pengamat OPEC.

Situasi ini juga memunculkan kekhawatiran baru soal potensi gangguan di Selat Hormuz, jalur pelayaran penting.

“Arab Saudi, Kuwait, Irak, dan Iran seluruhnya mengandalkan satu jalur sempit untuk mengekspor minyak,” kata Rabobank dalam catatannya tentang Selat Hormuz.

Sekitar seperlima konsumsi minyak dunia atau sekitar 18 hingga 19 juta barel per hari minyak, kondensat, dan bahan bakar melewati selat ini.

“Tindakan Israel sejauh ini belum menyentuh infrastruktur energi Iran, termasuk Pulau Kharg yang menjadi terminal bagi sekitar 90 persen ekspor minyak mentah Iran,” kata Kepala Riset Komoditas di Societe Generale, Ben Hoff.

“Namun ini membuka kemungkinan eskalasi lanjutan yang bisa mengikuti logika ‘energi dibalas energi’, di mana serangan terhadap infrastruktur minyak satu pihak dapat memicu serangan balasan terhadap pihak lainnya,” ujar Hoff.

Analis menilai Iran bisa menanggung kerugian besar jika sampai menutup Selat Hormuz.

“Ekonomi Iran sangat bergantung pada kelancaran lalu lintas barang dan kapal melalui selat tersebut, karena ekspor minyaknya sepenuhnya berbasis laut. Menutup Selat Hormuz justru akan merugikan hubungan Iran dengan satu-satunya pelanggan minyaknya, yaitu China,” ujar analis dari JP Morgan.

Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) pada Jumat melaporkan bahwa manajer investasi meningkatkan posisi beli bersih (net long) pada kontrak berjangka dan opsi minyak mentah AS pada pekan yang berakhir 10 Juni. Jumlah posisi gabungan di New York dan London naik 15.157 kontrak menjadi 121.911.

Sementara itu, Baker Hughes mencatat jumlah rig pengeboran minyak dan gas AS turun untuk minggu ketujuh berturut-turut, dengan total jumlah rig menyusut 35 unit atau 6 persen lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Rig minyak turun tiga unit menjadi 439, terendah sejak Oktober 2021, sedangkan rig gas turun satu menjadi 113. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement