sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Menguat, Imbas Pemangkasan Produksi hingga Sentimen Israel-Palestina

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
06/11/2023 16:21 WIB
Harga minyak menguat pada sesi perdagangan Senin sore (6/11/2023).
Harga Minyak Menguat, Imbas Pemangkasan Produksi hingga Sentimen Israel-Palestina. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Menguat, Imbas Pemangkasan Produksi hingga Sentimen Israel-Palestina. (Foto: Freepik)

Laporan Bank Dunia sebelumnya menguraikan apa yang mungkin terjadi terhadap harga minyak dalam tiga skenario risiko berdasarkan pengalaman historis sejak 1970-an.

Dalam hal ini, dampaknya akan bergantung pada tingkat gangguan terhadap pasokan minyak. Ini karena kawasan ini menyumbang hampir sepertiga pasokan minyak global.

Berdasarkan catatan sejarah, konflik di Timur Tengah cenderung menyebabkan lonjakan harga minyak tercermin dari krisis embargo minyak OPEC pada 1973-1974, revolusi Iran pada tahun 1978-1979, Perang Iran-Irak yang dimulai pada tahun 1980, dan Perang Teluk Persia pertama pada tahun 1990-1991.

Sehingga ketidakstabilan apa pun dapat menciptakan ketidakpastian pasar karena kekhawatiran akan terganggunya pasokan minyak global.

Untuk itu, Bank Dunia melihat tiga kemungkinan dalam prospek harga minyak ke depan dalam tiga skenario utama.

Pertama, dalam skenario “small disruption”, Bank Dunia memprediksi pasokan minyak global akan berkurang sebesar 500.000 hingga 2 juta barel per hari.

Angka ini kira-kira setara dengan pengurangan yang terjadi selama perang saudara di Libya pada 2011.

Dalam skenario ini, harga minyak pada awalnya akan meningkat antara 3 persen dan 13 persen relatif terhadap rata-rata kuartal saat ini, hingga kisaran USD93 hingga USD102 per barel.

Kedua, dalam skenario “medium disruption” yang kira-kira setara dengan perang Irak pada 2003, pasokan minyak global akan berkurang sebesar 3 juta hingga 5 juta barel per hari.

Kondisi ini akan mendorong harga minyak naik sebesar 21 persen hingga 35 persen pada awalnya, menjadi antara USD109 dan USD121 per barel.

Ketiga, dalam skenario “large disruption” yang sebanding dengan embargo minyak Arab pada 1973, pasokan minyak global diprediksi akan menyusut sebesar 6 juta hingga 8 juta barel per hari.

Hal ini akan mendorong harga naik sebesar 56 persen hingga 75 persen pada awalnya, menjadi antara USD140 dan USD157 per barel.

Di sisi lain, jelang akhir pekan lalu, Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan rancangan undang-undang untuk memperkuat sanksi terhadap minyak Iran. AS dikabarkan akan menerapkan tindakan terhadap pelabuhan dan kilang asing yang memproses minyak yang diekspor dari Iran jika rancangan undang-undang tersebut ditandatangani menjadi undang-undang.

Sarkar juga menambahkan para analis masih mengamati apakah undang-undang tersebut akan mempengaruhi ekspor minyak Iran.

Perusahaan jasa energi Baker Hughes dalam laporan mingguannya pada Jumat juga mengatakan jumlah rig minyak AS juga turun sebanyak 8 rig menjadi 496 rig pada minggu lalu, yang merupakan level terendah sejak Januari 2022. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement