IDXChannel - Harga minyak menguat pada sesi perdagangan Senin sore (6/11/2023). seiring eksportir utama Arab Saudi dan Rusia akan tetap melakukan pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir 2023.
Minyak mentah berjangka Brent naik 1,37 persen menjadi USD86 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di USD81,57 per barel, naik 1,33 persen pada pukul 15.46 WIB. (Lihat grafik di bawah ini.)
Langkah ini dipastikan untuk menjaga pasokan tetap ketat, sementara investor mewaspadai sanksi Amerika Serikat (AS) yang lebih keras terhadap minyak Iran.
Arab Saudi mengonfirmasi akan melanjutkan pengurangan sukarela tambahan sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga Desember untuk mempertahankan produksi sekitar 9 juta barel per hari. Keputusan Arab Saudi ini sejalan dengan ekspektasi para analis.
Rusia juga mengumumkan akan melanjutkan pengurangan pasokan sukarela tambahan sebesar 300 ribu barel per hari dari ekspor minyak mentah dan produk minyak bumi hingga akhir Desember.
Analis ING mengatakan dalam sebuah catatan bahwa pasar minyak akan mengalami surplus pada kuartal pertama tahun depan. Kondisi ini disebut memungkinkan Saudi dan Rusia untuk terus melakukan pengurangan.
Mewaspadai Dampak Konflik Israel-Palestina
Harga Brent dan WTI mencatat penurunan mingguan kedua berturut-turut pada minggu lalu. Harga energi utama dunia ini turun sekitar 6 persen karena risiko geopolitik yang semakin memudar ketika diplomat AS bertemu dengan para pemimpin regional untuk membatasi risiko meluasnya perang Israel-Hamas di Timur Tengah.
“Pasar tidak memperhitungkan terlalu banyak risiko geopolitik pada tingkat saat ini, sehingga hal ini tetap menjadi risiko utama,” kata Suvro Sarkar, analis DBS Singapura.
Minggu ini, investor juga mengamati lebih banyak data ekonomi dari China setelah konsumen minyak terbesar kedua di dunia itu merilis data PMI manufaktur per Oktober yang mengecewakan pada minggu lalu.
Analis IG yang berbasis di Sydney, Tony Sycamore memperkirakan harga minyak akan didorong oleh berita utama dari Timur Tengah dan perkembangan konflik di kawasan ini.
Dia menambahkan, WTI perlu mempertahankan dukungan di atas USD80 per barel pada awal minggu ini, jika tidak, harga bisa turun ke level terendah USD77,59 yang terlihat pada Agustus lalu.
Sarkar memperkirakan Brent akan tetap didukung pada harga USD80-85 per barel, mengutip berlanjutnya pengurangan pasokan, berakhirnya kenaikan suku bunga, dan jatuhnya dolar AS, setelah data pekerja dan gaji di AS lebih lemah dari perkiraan pada Jumat (3/11).