Kedua acuan harga minyak tersebut sempat melonjak hampir 2 persen usai serangan itu, sebelum kembali turun. Meski begitu, tidak ada ancaman langsung terhadap pasokan minyak.
“Bayangan surplus di depan mata masih membebani pasar, dengan Brent diperdagangkan dua dolar lebih rendah dibanding pekan lalu. Risiko geopolitik di minyak jarang bertahan lama kecuali benar-benar terjadi gangguan pasokan,” kata analis SEB, dikutip Reuters.
Presiden AS Donald Trump mendesak Uni Eropa mengenakan tarif 100 persen terhadap China dan India—dua pembeli utama minyak Rusia—sebagai strategi menekan Moskow agar mau berunding damai dengan Ukraina, menurut sumber Reuters.
Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen menyatakan blok Eropa sedang mempertimbangkan percepatan penghentian impor energi fosil Rusia sebagai bagian dari sanksi baru. Namun, sumber Uni Eropa menilai kecil kemungkinan blok tersebut memberlakukan tarif besar terhadap India atau China.
Dari sisi kebijakan moneter, pelaku pasar memperkirakan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga pada pertemuan 16–17 September, yang berpotensi mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.