Analis UBS Giovanni Staunovo menambahkan, harga minyak juga memangkas kenaikan karena serangan tersebut tidak menimbulkan gangguan pasokan langsung.
Sebelum insiden di Qatar, harga minyak sudah lebih dulu bergerak naik, didukung keputusan OPEC+ menambah produksi dalam jumlah lebih kecil dari perkiraan, ekspektasi bahwa China akan terus menimbun cadangan minyak, serta kekhawatiran atas potensi sanksi baru terhadap Rusia.
Namun, potensi kenaikan harga dibatasi setelah Badan Informasi Energi AS (EIA) menyebut harga minyak mentah global diperkirakan berada di bawah tekanan besar dalam beberapa bulan mendatang akibat meningkatnya persediaan.
Menurut analis StoneX Alex Hodes, pasar fisik minyak juga tampak melemah, dengan spread prompt di kawasan Atlantik turun tajam.
“Fakta bahwa pasar tidak merespons besar terhadap eskalasi di Timur Tengah ini menunjukkan betapa lemahnya pasar saat ini,” ujarnya.