Di samping itu, pasar minyak juga masih mencerna dampak atas pasokan minyak dunia yang masih ketat. Ekspektasi ini dapat membatasi penurunan harga minyak ke depan.
"Pasokan global yang ketat serta harapan untuk pemulihan permintaan di China masih memberikan beberapa dukungan," lanjutnya. Tazawa memprediksi Brent akan tetap dalam kisaran kotak USD105-USD115 per barel untuk sementara waktu.
Krisis pasokan minyak terjadi di tengah kampanye penggunaan energi hijau. Analis menilai banyak perusahaan takut untuk berinvestasi di sektor ini mengingat kapasitas produksi akan terbatas.
China, importir minyak utama dunia, dikabarkan bakal memperluas potongan pajaknya, menunda pembayaran jaminan sosial dan pembayaran pinjaman, meluncurkan proyek-proyek investasi baru dan mengambil langkah-langkah lain untuk mendukung ekonomi.
Shanghai, pusat komersial China, akan memulai pelonggaran kebijakan lockdown mulai 1 Juni 2022 menyusul penurunan angka virus corona. Namun, meningkatnya kasus baru Covid-19 di Beijing masih menimbulkan kekhawatiran akan pembatasan lebih lanjut.
(IND)