Seperti dilansir Antara, Kepala Eksekutif Vitol, Russell Hardy memperkirakan harga minyak akan bergerak antara 70 dolar AS dan 80 dolar AS per barel untuk sisa tahun ini, dengan harapan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) menjaga disiplin pasokan, bahkan ketika ekspor Iran dapat dilanjutkan jika Amerika Serikat bergabung kembali dengan perjanjian nuklir dengan Teheran.
"Kami telah mengalami penarikan-penarikan stok tersebut selama beberapa bulan, pasar menuju ke arah yang benar," kata Hardy kepada FT Commodities Global Summit.
Kepala Eksekutif Trafigura, Jeremy Weir mengatakan pada acara yang sama ada peluang bagus harga bisa mencapai 100 dolar AS per barel karena penurunan cadangan sebelum dunia mencapai puncak permintaan minyak.
Produsen OPEC+ secara bertahap melonggarkan pembatasan produksi dalam beberapa bulan terakhir.
"Keputusan OPEC+ untuk terlalu berhati-hati dalam mengembalikan pasokan ke pasar, apakah ini benar-benar hati-hati atau mereka sengaja menaikkan harga minyak, telah menjadi penghela utama dalam melihat Brent 73 dolar AS per barel," kata Louise Dickson, analis pasar minyak di Rystad Energy.