“Kenaikan pasokan itu kini tampaknya sangat kecil kemungkinannya,” ujarnya, dikutip Reuters, Senin (19/5).
Penurunan peringkat kredit pemerintah AS oleh Moody’s turut memicu kekhawatiran atas kesehatan ekonomi negara konsumen minyak terbesar di dunia. Tekanan juga datang dari data pertumbuhan produksi industri dan penjualan ritel China yang melambat, di mana China adalah importir minyak utama dunia.
“Data China yang di bawah ekspektasi tidak mendukung harga minyak, meskipun koreksinya saya nilai masih moderat,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.
Faktor tambahan yang membebani pasar adalah pernyataan Menteri Keuangan AS Scott Bessent bahwa Presiden Donald Trump akan memberlakukan tarif seperti yang ia ancam bulan lalu jika mitra dagang tidak bernegosiasi dengan itikad baik.
Menurut analis Again Capital di New York, John Kilduff, harga minyak kemungkinan tetap bergejolak dalam waktu dekat seiring pelaku pasar menantikan perkembangan mengenai tarif, negosiasi AS-Iran, dan pembicaraan damai untuk mengakhiri perang di Ukraina.