IDXChannel - Harga minyak menguat pada Jumat (26/9/2025) setelah serangan drone Ukraina ke infrastruktur energi Rusia memangkas ekspor bahan bakar negara tersebut.
Kontrak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 1,1 persen di USD65,72 per barel, menguat 5,3 persen dalam sepekan dan menjadi penutupan tertinggi sejak awal Agustus.
Sementara itu, Brent meningkat 1 persen ke USD70,13 per barel, melonjak 5,2 persen dalam sepekan. Kedua acuan mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Juni.
“Pasar terus fokus pada situasi antara Rusia dan Ukraina. Serangan drone Ukraina ini mulai terasa dampaknya,” kata Partner di Again Capital, John Kilduff, dikutip Reuters.
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak pada Kamis menyatakan Rusia akan memberlakukan larangan sebagian ekspor diesel hingga akhir tahun dan memperpanjang larangan ekspor bensin yang sudah berlaku.
Penurunan kapasitas pengolahan ini menyebabkan beberapa wilayah Rusia mengalami kelangkaan jenis bahan bakar tertentu.
Selain serangan drone, Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow mengatakan tindakan pemerintah Amerika Serikat (AS) juga memberi dukungan.
“Presiden Trump terus menekan sekutu AS untuk mengurangi impor dari Rusia,” ujarnya.
Ia menambahkan, “Kita mungkin melihat India dan Turki mengurangi sebagian impor dari Rusia.”
Peringatan NATO mengenai kemungkinan respons atas pelanggaran lebih lanjut terhadap wilayah udara negara anggota turut meningkatkan ketegangan perang Ukraina dan membuka peluang sanksi tambahan terhadap industri minyak Rusia, kata analis ANZ Daniel Hynes.
Dari sisi pasokan, ekspor minyak mentah dari wilayah semi-otonom Kurdistan Irak dijadwalkan kembali pada Sabtu melalui pipa ke pelabuhan Ceyhan di Turki, menurut badan pemasaran negara SOMO yang dikutip kantor berita negara Irak.
“Pasar akan memantau produksi Kurdistan untuk melihat tambahan pasokan,” kata Lipow.
Dari sisi permintaan, Produk Domestik Bruto (PDB) AS meningkat menjadi 3,8 persen secara tahunan pada kuartal sebelumnya, berdasarkan estimasi terbaru Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan AS pada Kamis.
“Jika pasokan Rusia ke China dan India berubah, mereka akan mencari sumber pasokan lain. Data ekonomi AS sejauh ini baik. Dan dengan The Fed yang melonggarkan suku bunga, itu akan mendukung permintaan,” tutur Kilduff.
Namun, data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan dapat membuat The Fed lebih berhati-hati dalam memangkas suku bunga setelah pemangkasan 25 basis poin pekan lalu, menjadi yang pertama sejak Desember. (Aldo Fernando)