IDXChannel – Harga minyak mentah memantul di awal perdagangan Selasa (23/7/2024) seiring investor mulai menyimak data persediaan Amerika Serikat (AS), menghentikan pelemahan tiga hari sebelumnya.
Menurut data TradingView, pukul 09.40 WIB, kontrak berjangka (futures) minyak jenis Brent naik 0,36 persen secara harian ke USD82,55 per barel. Sementara, minyak jenis WTI terapresiasi 0,41 persen ke level USD78,56 per barel.
Pada Senin (22/7), Bank Sentral China (PBOC) secara tak terduga menurunkan suku bunganya untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, yang mengurangi kekhawatiran terhadap melemahnya perekonomian China dan meredakan kekhawatiran mengenai permintaan dari konsumen minyak utama.
Selain itu, kekhawatiran pasokan jangka pendek juga memberikan dukungan untuk harga minyak, yakni soal laporan yang menunjukkan kebakaran hutan di Kanada sekali lagi mengancam produksi minyak.
Namun, prospek kelebihan minyak global memberikan tekanan. Ini menyusul rencana OPEC untuk memulihkan produksi minyak mentah pada kuartal IV-2024.
Mengutip Trading Economics, Selasa (23/7), sebagian besar trader mengabaikan keputusan Presiden AS Joe Biden yang membatalkan upayanya untuk terpilih kembali dalam pemilihan presiden (pilpres) dan mendukung Wakil Presiden Kamala Harris pada Minggu lalu.
Analis Citi mengatakan mereka yakin baik Harris maupun calon dari Partai Republik Donald Trump tidak akan mempromosikan kebijakan yang akan berdampak besar pada operasi minyak dan gas (migas).
Sebaliknya, pasar fokus pada pasokan dan permintaan minyak, yang menurut analis Morgan Stanley kemungkinan besar akan seimbang pada kuartal IV-2024 dan meningkat menjadi surplus pada 2025, yang akan menurunkan harga Brent ke level USD70-an per barel.
American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok perdagangan minyak, akan merilis perkiraan persediaan minyak pekan lalu pada hari ini waktu AS, sedangkan data resmi milik badan pemerintah AS dijadwalkan akan dirilis pada Rabu.
Jajak pendapat awal dari Reuters terhadap enam analis memperkirakan bahwa stok minyak mentah AS, rata-rata, turun 2,5 juta barel dalam sepekan hingga 19 Juli, sementara stok bensin kemungkinan berkurang 500.000 barel. (ADF)