sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Terus Anjlok, Deeskalasi Konflik Timur Tengah Bebani Pasar

Market news editor Maulina Ulfa
30/04/2024 09:50 WIB
Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun pada perdagangan Selasa (30/4/2024).
Harga Minyak Terus Anjlok, Deeskalasi Konflik Timur Tengah Bebani Pasar. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Terus Anjlok, Deeskalasi Konflik Timur Tengah Bebani Pasar. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Minyak mentah berjangka (futures) West Texas Intermediate (WTI) dan Brent turun pada perdagangan Selasa (30/4/2024), seiring rilis terbaru data PMI China dan deeskalasi konflik Timur Tengah.

Minyak mentah berjangka WTI turun 0,27 persen menjadi sekitar USD82,49 per barel dan minyak Brent turun paling dalam 1,41 persen di level USD87 per barel.

Pada sesi sebelumnya, minyak mentah berjangka WTI ditutup anjlok 1,22 persen dan minyak mentah Brent turun 1,09 persen.

Penurunan harga minyak mentah ini dengan cepat menghapus pemulihan harga dan memangkas keuntungan di banding minggu sebelumnya di tengah melemahnya kekhawatiran pasokan dan ketidakpastian permintaan.

Harapan gencatan senjata antara Israel dan Hamas mendapat dukungan menjelang pertemuan antara Hamas dan mediator Timur Tengah, yang akan menghasilkan keputusan mengenai kondisi gencatan senjata baru dari Israel yang didukung oleh Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken.

Perkembangan tersebut mengurangi premi risiko pada kontrak minyak mentah, mendukung harapan bahwa deeskalasi akan mencegah potensi hambatan terhadap produksi dan ekspor minyak.

Sementara itu, ketidakpastian permintaan juga membebani tolok ukur energi, yang ditandai dengan pergeseran ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed).

Sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) yang lebih hawkish ini karena data terbaru inflasi yang kaku pada perekonomian konsumen minyak terbesar dunia tersebut.

Selain itu, data manufaktur terbaru dari China juga mengecewakan, mengingat, negara ini konsumen terbesar minyak kedua di dunia.

PMI Manufaktur NBS resmi China turun menjadi 50,4 pada April 2024 dari angka tertinggi dalam 12 bulan pada Maret sebesar 50,8 pada bulan sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan pasar sebesar 50,3.

Meski demikian, ini adalah ekspansi aktivitas pabrik selama dua bulan berturut-turut dalam 6 bulan terakhir, di tengah upaya berkelanjutan dari Beijing untuk memacu peningkatan ekonomi.

PMI Manufaktur Umum Caixin China meningkat menjadi 51,4 per April 2024 dari 51,1 pada bulan sebelumnya, mengalahkan perkiraan pasar sebesar 51.

Ini merupakan pertumbuhan aktivitas pabrik selama enam bulan berturut-turut dan laju tercepat sejak Februari 2023, didukung oleh membaiknya kondisi permintaan dengan pesanan baru meningkat paling tinggi dalam lebih dari setahun.

Di AS, data menunjukkan bahwa inflasi AS naik 2,7 persen pada Maret dibandingkan tahun lalu, melampaui ekspektasi sebesar 2,6 persen dan tetap jauh di atas target bank sentral The Federal Reserve (The Fed) sebesar 2 persen.

Investor kini menantikan keputusan kebijakan moneter bank sentral AS pada minggu ini, yang diperkirakan akan mempertahankan biaya pinjaman pada tingkat tinggi saat ini.

Angka inflasi AS terbaru mendorong kenaikan dolar, semakin menekan harga minyak karena komoditas dalam mata uang dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lainnya.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement