sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Turun Imbas Ketidakpastian Kebijakan OPEC+

Market news editor Tim IDXChannel
08/07/2021 07:58 WIB
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 1,10 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 73,43 dolar AS per barel.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 1,10 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 73,43 dolar AS per barel. (Foto: MNC Media)
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 1,10 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 73,43 dolar AS per barel. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga minyak turun lebih dari USD1 per barel pada akhir perdagangan Rabu (7/7/2021). Hal itu dipicu kegagalan negara-negara penghasil minyak utama mencapai kesepakatan mengenai kebijakan produksi memicu kekhawatiran atas ketidakpastian.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 1,10 dolar AS atau 1,5 persen, menjadi ditutup pada 73,43 dolar AS per barel. Sehari sebelumnya Brent juga anjlok 2,63 dolar AS atau 3,4 persen per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas lagi 1,17 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 72,20 dolar AS per barel, setelah jatuh 1,79 dolar AS atau 2,4 persen per barel di sesi sebelumnya.

Kedua harga acuan minyak mentah menguat lebih dari satu dolar AS per barel di awal sesi, mirip dengan aksi pada Selasa (6/7/2021).

Pasar minyak mentah telah bergejolak selama dua hari terakhir setelah gagalnya pembicaraan antara produsen minyak utama Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, telah menahan pasokan selama lebih dari setahun sejak permintaan menurun selama pandemi virus corona.

Kelompok ini mempertahankan hampir 6 juta barel per hari dari pengurangan produksi dan diperkirakan akan menambah pasokan, tetapi pertemuan tiga hari gagal untuk menutup perpecahan antara Saudi dan Uni Emirat Arab.

Untuk saat ini, perjanjian yang ada yang menahan pasokan tetap berlaku. Tetapi perpecahan tersebut juga dapat menyebabkan produsen, yang ingin memanfaatkan rebound permintaan, mulai memasok lebih banyak minyak yang diprediksi sebelumnya.

"Beberapa orang takut akan perang produksi, tapi saya pikir kebanyakan orang berpikir itu tidak mungkin," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago seperti dikutip dari Okezone. 

"Ada kemungkinan UEA dapat meninggalkan OPEC dan melakukan hal itu sendiri, dan jika itu terjadi, maka itu akan menjadi masalah persaingan untuk pangsa pasar."(TIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement