sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Turun Tipis, Sinyal Permintaan Tak Mampu Saingi Lonjakan Stok

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
17/07/2025 07:12 WIB
Harga minyak ditutup sedikit melemah pada Rabu (16/7/2025), tertekan oleh lonjakan stok bahan bakar di Amerika Serikat (AS).
Harga Minyak Turun Tipis, Sinyal Permintaan Tak Mampu Saingi Lonjakan Stok. (Foto: Freepik)
Harga Minyak Turun Tipis, Sinyal Permintaan Tak Mampu Saingi Lonjakan Stok. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Harga minyak ditutup sedikit melemah pada Rabu (16/7/2025), tertekan oleh lonjakan stok bahan bakar di Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi yang lebih luas dari tarif impor, meskipun ada sejumlah tanda peningkatan permintaan.

Minyak Brent ditutup turun 0,3 persen, ke level USD68,52 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,2 persen, ke USD66,38 per barel.

Data dari Badan Informasi Energi (EIA) menunjukkan stok bensin AS naik 3,4 juta barel pekan lalu, padahal analis sebelumnya memperkirakan penurunan sebesar 1 juta barel. Persediaan distilat—termasuk solar dan minyak pemanas—naik 4,2 juta barel, jauh melampaui ekspektasi kenaikan sebesar 200.000 barel.

Stok minyak mentah turun 3,9 juta barel menjadi 422,2 juta barel, lebih besar dari perkiraan penurunan sebesar 552.000 barel.

“Saya kira pasar kecewa melihat lonjakan stok bensin dan distilat, padahal kilang beroperasi hampir di level tertinggi tahun ini untuk mengubah minyak mentah menjadi produk olahan,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow, dikutip Reuters, merujuk pada tingkat operasi kilang yang hampir mencapai 94 persen dari kapasitas total.

“Idealnya, permintaan bensin naik setelah 4 Juli, tapi data justru menunjukkan penurunan di puncak musim liburan musim panas,” imbuh Lipow.

Jumlah produk bensin yang disuplai—sebagai indikator permintaan—menurun 670.000 barel per hari menjadi 8,5 juta barel per hari.

Sementara itu, perang tarif Presiden AS Donald Trump terus berlanjut. Komisi Eropa bersiap untuk melakukan tindakan balasan jika negosiasi dengan Washington gagal menghasilkan kesepakatan dagang bagi Uni Eropa.

Pada Senin, Trump juga menyatakan AS akan memberlakukan tarif sangat berat terhadap Rusia dalam 50 hari jika tidak ada kesepakatan untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Futures suku bunga jangka pendek AS naik setelah muncul laporan bahwa Trump kemungkinan memecat Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell. Pelaku pasar kini memperkirakan penurunan suku bunga mulai September dan setidaknya satu kali lagi pada Desember.

Meski Trump membantah rencana tersebut, ia tak sepenuhnya menutup kemungkinan. Pemangkasan suku bunga umumnya mendorong aktivitas ekonomi dan permintaan energi.

Di sisi lain, aktivitas ekonomi AS dilaporkan meningkat sedikit dalam beberapa pekan terakhir, meski prospeknya netral hingga agak pesimistis, menurut The Fed. Kenaikan tarif yang diberlakukan pemerintahan Trump disebut mendorong kenaikan harga.

Laporan bulanan OPEC pada Selasa memperkirakan ekonomi global membaik pada paruh kedua tahun ini. Brasil, China, dan India menunjukkan kinerja lebih baik dari yang diperkirakan, sementara AS dan Uni Eropa mulai pulih dari tahun lalu.

Di China, kilang milik negara meningkatkan produksi setelah selesai menjalani pemeliharaan guna memenuhi permintaan bahan bakar yang lebih tinggi pada kuartal ketiga serta membangun kembali stok solar dan bensin yang berada di titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, menurut analis dan pelaku pasar.

Barclays memperkirakan permintaan minyak China pada paruh pertama tahun ini tumbuh 400.000 barel per hari secara tahunan menjadi 17,2 juta barel per hari.

Dari sisi pasokan, serangan drone selama tiga hari berturut-turut terhadap ladang minyak di wilayah Kurdistan, Irak, memaksa penurunan produksi sekitar 140.000 hingga 150.000 barel per hari, menurut dua pejabat energi. Kerusakan infrastruktur menyebabkan sejumlah fasilitas harus ditutup. (Aldo Fernando)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement