“Kami telah memperhitungkan penjualan bijih nikel sebesar 1 juta ton pada 2025 sebagai penyangga yang kuat bagi pendapatan perusahaan,” tutur dia.
Selain itu, proyek pengembangan pabrik High-Pressure Acid Leach (HPAL) dan Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) diharapkan meningkatkan kapasitas produksi INCO hingga empat kali lipat dalam beberapa tahun mendatang.
Meski demikian, terdapat risiko di depan mata. Hasan menyebut bahwa kemungkinan tidak disetujuinya Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) untuk penjualan bijih nikel pada tahun depan akan menjadi tantangan bagi perusahaan.
Hasan juga mencatat beberapa tantangan lain, termasuk potensi keterlambatan proyek baru dan gangguan operasional akibat biaya pemeliharaan besar yang tidak terduga.
“INCO tetap menjadi salah satu pemain utama dengan kapasitas produksi yang solid. Kami masih mempertahankan rekomendasi BUY untuk saham ini,” kata dia.