Didirikan pada tahun 1877, LME telah menjadi pusat perdagangan logam dasar terbesar di dunia, memperdagangkan tembaga, aluminium, timbal, seng, nikel, dan paduan aluminium.
Harga resmi yang dipublikasikan setiap hari digunakan sebagai dasar penetapan harga kontrak logam fisik di industri. Harga dan inventarisnya mempunyai dampak signifikan terhadap produksi dan penjualan logam dasar di seluruh dunia.
Tahun lalu, Indonesia menambang 2,03 juta ton logam nikel yang mencakup lebih dari separuh produksi dunia. Saat ini RI mengekspor berbagai macam produk nikel, termasuk logam olahan dengan kemurnian yang memenuhi standar untuk pengiriman LME.
Bagi Indonesia, hal ini merupakan pembenaran atas kebijakannya yang memaksa penambang untuk beralih ke sektor hilir dengan melarang ekspor bijih nikel yang dimulai pada 2020.
Bagi LME, hal ini merupakan pendorong likuiditas yang baik karena mereka berupaya membangun kembali kontrak nikelnya setelah krisis 2022. (ADF)