Kerusuhan politik terhadap pemasok nikel utama dunia tersebut ditambah dengan sanksi yang dikenakan terhadap nikel dari Rusia telah mendorong harga logam non-ferrous ini di atas USD20.000 per ton untuk pertama kalinya sejak September 2023.
Sementara itu, pertumbuhan kendaraan listrik pada kuartal pertama yang lebih lambat dari perkiraan, di mana industri ini menggunakan logam tersebut sebagai komponen baterai litium-ion, tetap membatasi harganya.
Pekan lalu, LME juga mengumumkan produk nikel dengan merek "DX-zwdx" yang diproduksi oleh CNGR Dingxing New Energy Co., Ltd dapat diperdagangkan di bursa perdagangan logam dasar terbesar dunia tersebut, pada 23 Mei 2024.
Pengumuman tersebut menandai produk nikel murni yang diproduksi di Indonesia telah memperoleh pengakuan secara global. Ini menjadikan nikel Indonesia sebagai yang pertama di Asia Tenggara yang dapat diperdagangkan di LME.
Pencapaian ini tidak hanya memperkuat pengaruh global industri nikel Indonesia, tetapi juga mendorong perkembangan industri nikel baik di Indonesia maupun Asia Tenggara.