sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Babak Belur, Asing ‘Cairin Cuan’ sambil ‘Lirik Tipis’ Pasar Asia Lain

Market news editor Aldo Fernando - Riset
06/01/2023 07:27 WIB
Aksi ‘cairin cuan’ (cash out) tiada henti a la investor asing menjadi salah satu faktor utama loyonya IHSG di awal tahun ini.
IHSG Babak Belur, Asing ‘Cairin Cuan’ sambil ‘Lirik Tipis’ Pasar Asia Lain. (Foto: MNC Media)
IHSG Babak Belur, Asing ‘Cairin Cuan’ sambil ‘Lirik Tipis’ Pasar Asia Lain. (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) babak belur di lima hari pertama 2023. Aksi ‘cairin cuan’ (cash out) tiada henti a la investor asing menjadi salah satu faktor utama loyonya IHSG di awal tahun ini.

Teranyar, IHSG bahkan anjlok 2,34 persen ke level 6.653,84 pada Kamis kemarin (5/1/2023), membuat riuh para investor. Pada hari yang sama, asing mencatatkan penjualan bersih (net sell) Rp642,93 miliar di pasar reguler atau Rp808,57 miliar di semua pasar.

Aksi net sell asing tersebut menyasar saham-saham kelas berat (heavyweights), macam bank PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), hingga raksasa telekomunikasi PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan otomotif PT Astra International Tbk (ASII).

BBCA, misalnya, pada Kamis (5/1), terkena net sell Rp265 miliar, TLKM sebesar Rp186,6 miliar, BMRI Rp95,4 milair hingga BBRI Rp83,4 miliar.

Belum lagi, sektor penopang IHSG selama 2022, IDXENERGY (yang naik lebih dari 100 persen tahun lalu), anjlok hingga 5,48 persen di tengah masih hangatnya isu resesi hingga pembukaan keran impor batu bara China dari Australia.

Nama-nama macam emiten batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN), yang sempat menahan penurunan IHSG selama Desember 2022, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) hingga raksasa PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bahkan masuk ke dalam saham laggard (pemberat) pada Kamis.

Saham BYAN ambles 5,44 persen, ADRO nyungsep 6,06 persen, dan BUMI terjun hingga minus 6,45 persen.

Tak pelak lagi, korelasi net sell asing dan anjloknya saham batu bara utama terhadap penurunan IHSG terbilang kuat.

Asing sendiri seolah masih mengalami hangover setelah cenderung net sell sejak Desember lalu. Selama awal Januari ini, asing sudah cabut dari pasar RI dengan nilai Rp745,55 miliar di pasar reguler.

Menurut catatan Bloomberg, Kamis (5/1), ada kecenderungan gelombang pasang aliran dana asing mulai surut awal tahun ini. Ini seiring pembukaan kembali (reopening) ekonomi China yang mulai menggoda fund global untuk tanam duit ke pasar Asia bagian utara.

Mengutip analisis posisi reksa dana Asia selama November, yang disitir Bloomberg, HSBC Holdings Plc, misalnya, mulai mengurangi eksposur ke pasar yang overweight seperti Indonesia dan Singapura.

Seiring dengan itu, mereka mulai meningkatkan porsi ke pasar Taiwan dan Hong Kong.

Ini, salah satunya, terlihat dari mulai net sell-nya Asing di sejumlah pasar utama Asia Tenggara. Kembali mengutip Bloomberg, hanya pasar saham Vietnam dan Thailan yang masih membukukan pembelian bersih (net buy) asing selama Desember lalu.

Sebagai informasi, selama 2022, dana asing mengalir deras ke setidaknya 4 pasar saham Asia Tenggara. Sebut saja, Thailand sebesar USD5.960 juta, Indonesia USD4.267 juta (sekitar Rp66-an triliun), Malaysia mencapai USD1.096 juta, dan Vietnam USD966 juta.

Tahun lalu, kestabilan inflasi hingga tangguhnya mata uang lokal negara ASEAN, membuat investor menanamkan modal ke kawasan ini.

Angin perubahan mungkin bermula tahun ini seiring China melonggarkan kebijakan pembatasan mobilitas akibat Covid hingga potensi balik arah (bottoming out) laba perusahan teknologi. Hal tersebut bisa menopang pasar saham Taiwan dan Korea Selatan.

"Minat di pasar China dan Asia Utara meningkat, sebagian seiring pembukaan kembali China daratan," kata kepala strategi ekuitas Asia di HSBC Herald van der Linde, dikutip dari Bloomberg (5/1).

Herald bilang, “Hal tersebut mungkin dibiayai, sebagian, dari kepemilikan [fund asing] di Asia Tenggara.”

Nah, pada gilirannya, balik arah asing pada tahun ini bisa mengakhiri aliran dana masuk (inflows) tahun lalu.

Pasar saham RI dan Thailand sempat menorehkan rekor tertinggi sepanjang masa pembelian oleh asing, ditopang meroketnya harga komoditas dan bangkitnya sektor pariwisata.

Asing juga masuk ke Malaysia setelah 4 tahun lalu. Demikian pula, Vietnam juga menikmati aliran dana asing tertinggi sejak 2018.

Secara amatan ekonomi makro, sejatinya, ekonomi Asia Tenggara cukup kuat. Hanya saja, kabar baik ke depan bisa jadi sudah ditakar investor alias priced in.

Belum lagi, tekanan inflasi dan perlambatan permintaan global dalam taraf tertentu juga bisa memengaruhi proyeksi pertumbuhan ekononomi di tahun ini.

Khusus pasar saham Indonesia, analis BCA Sekuritas Andre Benas bilang, “fundamental [RI] cuku kuat, tetapi pasar Asia lainnya mungkin menarik investor lantaran punya valuasi yang murah dengan pertumbuhan laba bersih per saham (EPS) yang lebih tinggi.” (ADF)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4 5
Advertisement
Advertisement