Terkait dengan kebijakan teknis pasar seperti trading halt, Dimas mengapresiasi langkah tersebut diambil untuk menahan tekanan jual. Namun, dia mengkritik kebijakan Auto Rejection Bawah (ARB) 15 persen yang dapat menyebabkan likuiditas pasar semakin kering.
Dimas juga menyoroti kemungkinan perlambatan ekonomi global yang dapat berimbas pada Indonesia. Penurunan yang terjadi di pasar saham global memberikan gambaran tentang potensi perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi perekonomian domestik.
"Jika ekonomi global mengalami perlambatan, Indonesia juga berisiko mengalami hal yang sama," ujarnya.
Sebagai respons terhadap situasi pasar saat ini, Dimas memproyeksikan IHSG masih memiliki ruang untuk mengalami koreksi lebih lanjut, dengan target terdekat pada level 5.500.
Dia pun mengingatkan para investor untuk tetap disiplin dalam menjalankan trading plan, melakukan evaluasi portofolio, menjaga kesehatan keuangan, serta menghindari keputusan emosional yang dapat merugikan.
(Dhera Arizona)