sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG di Tengah Guncangan Global, Krisis 1998 hingga Perang Rusia-Ukraina

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
08/08/2023 11:55 WIB
Dinamika pasar modal RI tidak terlepas dari faktor eksternal berupa guncangan makro.
IHSG di Tengah Guncangan Global, Krisis 1998 hingga Perang Rusia-Ukraina. (Foto: MNC Media)
IHSG di Tengah Guncangan Global, Krisis 1998 hingga Perang Rusia-Ukraina. (Foto: MNC Media)

Adapun indeks global lain juga minus yakni indeks Dow Jones di AS minus 7,10 persen dan indeks FTSE di Inggris minus 12,05 persen.

Setahun kemudian, sepanjang perdagangan 2019, indeks saham gabungan hanya mampu naik 1,70 persen. Di tahun ini, efek perang dagang masih terasa yang berimbas pada pelemahan ekonomi.

  1. Pandemi Covid-19 di 2020

Selesai perang dagang, hadirnya wabah virus corona kembali mengguncang perekonomian global. Berbagai sektor dan pilar ekonomi terpukul, termasuk pasar modal dan bursa saham.

Hampir semua indeks harga saham di seluruh dunia anjlok, bahkan hingga level terendah dalam beberapa tahun terakhir. IHSG juga mengalami nasib yang sama. Sepanjang 2020, IHSG terkoreksi 5,09 persen.

Sepanjang tahun awal pandemi, investor asing juga banyak yang ‘kabur’ dari bursa saham Tanah Air. Tercatat asing melakukan aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp53,82 triliun di pasar regular.

Sepanjang 2020 pelaku pasar dihantui oleh berbagai sentimen negatif yang memukul perekonomian nasional. Adanya pandemi Covid-19 memberikan efek domino pada kinerja banyak perusahaan. Di tahun yang sama, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019. 

  1. Perang Rusia-Ukraina

Memasuki fase pemulihan pandemi Covid-19, 2022 perekonomian global kembali dihantui sentimen pecahnya perang Rusia-Ukraina pada Maret 2022.

Sepanjang tahun ini, pasar komoditas mengalami reli harga secara signifikan terutama minyak dan batu bara. Beberapa komoditas penting seperti gandum dan biji-bijian serta pupuk juga terkerek naik imbas kekhawatiran pasokan yang terganggu akibat perang.

Pasar saham Indonesia sepanjang 2022 tumbuh lebih rendah dibandingkan 2021 dengan kinerja IHSG hanya tumbuh sebesar 4,08 persen dibandingkan 2021 sebesar 10,08 persen.

Meski demikian, nilai kapitalisasi pasar modal RI naik lebih dari 15 persen dibanding 2021 menjadi Rp 9.495 triliun atau setara dengan USD600 miliar di akhir 2022.

Rata-rata nilai transaksi perdagangan yang bertumbuh sebesar 10,1 persen per 29 Desember 2022 menjadi Rp 14,7 triliun dibandingkan tahun 2021.

Sepanjang 2022, dari periode 30 Desember 2021 hingga 29 Desember 2022, bursa Asia-Pasifik secara mayoritas juga berkinerja kurang menggembirakan.

  1. Era Suku Bunga Tinggi 2023

Memasuki 2023, kinerja IHSG dihadapkan pada tingginya suku bunga di tengah reli pengetatan moneter sejumlah bank sentral.

Sepanjang semester I-2023, kinerja IHSG terpantau kurang memuaskan ambles 2,09 persen. Hal ini karena IHSG tampak berada di dalam tren sideways. Pergerakannya terbatas di 6.500-6950 saja.

Selain itu, kinerja IHSG juga dibebani oleh sejumlah investor yang memilih instrumen investasi lain seperti obligasi. Perpindahan modal terjadi dari pasar saham menuju instrumen investasi lainnya di negara-negara emerging market.

Secara garis besar kondisi IHSG tahun ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, yakni ketidakpastian ekonomi global.

Suku bunga The Federal Reserve (The Fed) kini telah mencapai level 5,5 persen hingga 5,75 persen yang mendorong sejumlah bank sentral utama lainnya juga menaikkan suku bunga. Kondisi ini didukung oleh inflasi yang masih sulit untuk dijinakkan.

Selain itu, sejumlah negara masih berjuang memulihkan ekonomi nasional dari guncangan seperti China dan Uni Eropa. Kondisi ekonomi negara-negara yang memiliki hubungan dagang dengan Indonesia yang cenderung melemah seperti China juga mempengaruhi kinerja IHSG. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement