sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Diproyeksi ke 7.600 di 2022, Program Pemulihan Ekonomi dan Harga Komoditas Jadi Pendorong Utama

Market news editor Fahmi Abidin
16/12/2021 14:52 WIB
(IHSG) pada 2022 mendatang diperkirakan akan tembus ke posisi 7.600 seiring dengan berlanjutnya program pemulihan ekonomi Pemerintahan Jokowi.
IHSG Diproyeksi ke 7.600 di 2022, Program Pemulihan Ekonomi dan Harga Komoditas Jadi Pendorong Utama (Foto: MNC Media)
IHSG Diproyeksi ke 7.600 di 2022, Program Pemulihan Ekonomi dan Harga Komoditas Jadi Pendorong Utama (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2022 mendatang diperkirakan akan tembus ke posisi 7.600 seiring dengan berlanjutnya program pemulihan ekonomi Pemerintahan Presiden Joko Widodo serta masih tingginya harga komoditas yang dipercaya bisa mengerek pertumbuhan ekonomi domestik.

CEO Mirae Asset Sekuritas Indonesia Tae Yong Shim mengatakan, seperti yang terjadi di banyak negara, sejumlah sektor bisnis dan industri terpukul akibat hantaman pandemi COVID-19. Tetapi, Indonesia berhasil keluar dari jurang resesi setelah pada kuartal II 2021 ekonomi RI tumbuh sebesar 7,07%.

“Kendati pada kuartal III 2021 produk domestik bruto (PDB) melambat, yakni sebesar 3,51%, namun pertumbuhan yang masih positif tersebut menandakan ekonomi Indonesia cukup tangguh,” ujarnya pada acara Market Outlook 2022: Indonesia Economic Recovery and Revival yang diselenggarakan Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Jumat (10/12).

Turut hadir dalam acara tersebut Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang akan memberikan sambutan pembuka, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Dr. Arif Budimanta yang akan menyampaikan paparan terkait kebijakan pemerintah, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro &  Keuangan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian Dr. Iskandar Simorangkir S.E., MA sebagai keynote speaker, Staf Ahli Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Made Arya Wijaya, S.E., M.Sc, dan Head of Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya, CFA, CPA (Aust.), CFP, CMT sebagai pemateri.

Foto: Mirae Asset Sekuritas/Advertorial

Dalam paparannya, Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta mengungkapkan, penanganan pandemi yang komprehensif oleh pemerintah berdampak positif pada mobilitas masyarakat yang meningkat, sehingga kegiatan ekonomi kembali bergerak.

Hal ini akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV 2021 dan berlanjut di 2022 mendatang. Sebagai informasi, pemerintah telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi di 2022 di kisaran 5,2%. Tahun ini pertumbuhan ekonomi diproyeksikan ada di kisaran 3,7-4,5%.

Meskipun pandemi COVID-19 masih terjadi, agenda-agenda strategis yang menjadi prioritas bagi kepentingan nasional tetap dijalankan sesuai rencana. Agenda-agenda tersebut tidak hanya bergerak di bidang ekonomi, tetapi juga yang berkaitan dengan pendidikan, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), hingga kesehatan.

“Green economy, green energy, green tourism, blue economy, hingga digital economy menjadi bagian dari arah ekonomi Indonesia ke depan, yang memberikan dampak langsung bagi penguatan ekonomi rakyat dan pada pemulihan ekonomi nasional, serta berpotensi menjadi kekuatan perekonomian Indonesia yang cukup besar di masa depan. Berbagai proyek pemerintah yang memiliki daya ungkit besar terhadap pemulihan ekonomi pasca pandemi COVID-19 juga akan didahulukan,” paparnya.

Berkah Komoditas

Optimisme tersebut tentu bisa menjadi katalis positif bagi pasar modal Indonesia, khususnya pasar saham. Head of Research Investment Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia Hariyanto Wijaya, CFA, CPA (Aust.), CFP, CMT, CFTe memproyeksikan, IHSG bisa menguat hingga ke level 7.600 pada 2022 mendatang. Di akhir 2021, Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan IHSG akan bertengger di kisaran 6.880.

Proyeksi tersebut didasarkan pada pertumbuhan kinerja positif emiten yang terus berlanjut dan preferensi para pemodal asing yang menilai bahwa pasar saham negara-negara berkembang memiliki kinerja yang lebih tinggi dibanding negara-negara maju.

Menurut Hariyanto, Indonesia masih akan mendapatkan berkah dari harga komoditas yang diproyeksikan tetap tinggi di tahun depan. Hal ini menyusul besarnya eksposur RI akan ekspor barang komoditas. Momentum tersebut akan mengerek transaksi ekspor Indonesia secara keseluruhan yang pada akhirnya bisa mendorong ekonomi dan kinerja perusahaan tumbuh lebih tinggi.

“Secara historis, dana asing yang masuk ke pasar saham Indonesia akan meningkat ketika harga komoditas tinggi, seperti yang terjadi pada 2013-2014 dan 2020-2021. Oleh karena itu, di 2022 aliran dana asing diperkirakan akan terus masuk ke pasar saham domestik sejalan dengan masih tingginya harga komoditas,” paparnya.

Salah satu komoditas yang akan menjadi primadona adalah minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). Komoditas ini dipercaya akan membawa dampak signifikan terhadap kinerja IHSG.

Terlebih, saat ini porsi kebun plasma atau kebun yang dimiliki oleh petani jumlahnya kian bertambah. Tingginya harga CPO akan membuat daya beli petani meningkat. Hariyanto memperkirakan, para petani yang pada tahun ini cenderung menyimpan penghasilannya dalam bentuk tabungan akan membelanjakannya pada 2022 mendatang. Hal tersebut akan berkontribusi terhadap tumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat yang menjadi pendorong terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dampak Terbatas Tapering The Fed

Isu global yang akan mendapat sorotan salah satunya adalah Bank Sentral AS yang diperkirakan akan mempercepat kebijakan tapering atau mengurangi pembelian obligasi di pasar dan menaikkan suku bunga acuan untuk menahan laju inflasi yang sudah melambung tinggi.

Hariyanto mengingatkan, ketika The Fed memperketat kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan dan menurunkan nilai neraca ketika inflasi melejit pada 2015-2019 lalu, IHSG justru menguat ditopang saham-saham sektor perbankan (JAKFIN).

“Menurut kami, dampak kebijakan normalisasi yang akan dilakukan The Fed nanti akan sangat terbatas,” tutur Hariyanto.

Untuk 2022, saham-saham yang berkaitan dengan perbankan, perusahaan ritel yang menjual produk-produk mewah, dan batu bara menjadi top picks Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Adapun, saham-saham yang menjadi pilihan adalah BBNI, BMRI, BBRI, BTPS, BJTM, MAPA, ADRO, dan ITMG.

Jawara Transaksi

Adanya pandemi COVID-19 ternyata tidak menyurutkan minat masyarakat untuk berinvestasi, terutama di pasar modal. Hal ini tercermin dari jumlah investor pasar modal Indonesia yang naik signifikan. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), total investor pasar modal yang teridentifikasi berdasarkan jumlah single investor identification (SID) mencapai 6,7 juta per Oktober 2021. Angka ini melesat 74% secara year on year (yoy).

Jumlah investor saham yang tercatat dalam C-Best bahkan tumbuh lebih tinggi yakni mencapai 82% menjadi 3,1 juta investor. Tae Yong Shim yakin, kenaikan jumlah investor ini akan berdampak signifikan bagi kemajuan pasar modal Indonesia.

Kenaikan jumlah investor ini sejalan dengan penerapan teknologi yang canggih, inovasi berkesinambungan, dan pendekatan yang bersahabat kepada investor baru oleh Mirae Asset Sekuritas Indonesia yang membawa pengalaman baru dalam berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Mirae Asset Sekuritas telah berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi di Indonesia dengan membuka akses pendanaan perusahaan-perusahaan di Indonesia dan menghadirkan peluang investasi bagi para investor.

Mirae Asset Sekuritas Indonesia konsisten menjadi jawara transaksi dan mengantongi predikat broker teraktif di Bursa Efek Indonesia (BEI). Secara year-to-date (hingga 9 Desember 2021), pangsa pasar Mirae Asset Sekuritas tercatat sebesar 10,55% dengan total nilai transaksi mencapai Rp 644,44 triliun. Adapun total transaksi di BEI pada periode tersebut mencapai Rp 6.296 triliun. (FHM)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement