Untuk proyeksi jangka pendek, target IHSG akhir 2025 juga direvisi naik menjadi 8.000, dari sebelumnya 7.300.
Chenlim menilai kebijakan pemerintah telah beralih ke orientasi pro-pertumbuhan, dari sebelumnya pro-stabilitas.
Pergeseran kebijakan ini, kata dia, terlihat dari keputusan pemerintah melakukan stimulus fiskal, termasuk injeksi Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp200 triliun terhadap bank-bank Himbara.
Di sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 150 basis poin tahun ini hingga berada di level 4,75 persen. Kondisi ini dinilai memberi ruang tambahan bagi penguatan pasar saham ke depan.
“Kami yakin bahwa BI yang dovish, tercermin dari stimulus fiskal agresif, termasuk suntikan SAL sebesar IDR200 triliun—dan momentum ekonomi yang lebih kuat, menciptakan kondisi untuk re-rating (target),” kata Chenlim.