IDXChannel - Maybank Investment Banking Group memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 8.800 pada akhir 2026.
Target tersebut bersifat jangka panjang dengan asumsi perhitungan asumsi pertumbuhan laba per saham (EPS) sebesar 9,5 persen di 2026.
Di sisi lain, Analis Maybank Sekuritas, Jeffreosenberg Chenlim juga memproyeksikan IHSG dengan valuasi Price to Earnings Ratio (P/E) sebesar 11,42 kali. Target ini meningkat dari proyeksi awal.
“Kami menaikkan target IHSG hingga akhir 2026, dari 8.000 menjadi 8.800, didukung oleh pergeseran kebijakan Indonesia dari pro stabilitas ke pro-pertumbuhan,” ujarnya dalam riset terbaru, dikutip pada Kamis (25/9/2025).
Untuk proyeksi jangka pendek, target IHSG akhir 2025 juga direvisi naik menjadi 8.000, dari sebelumnya 7.300.
Chenlim menilai kebijakan pemerintah telah beralih ke orientasi pro-pertumbuhan, dari sebelumnya pro-stabilitas.
Pergeseran kebijakan ini, kata dia, terlihat dari keputusan pemerintah melakukan stimulus fiskal, termasuk injeksi Saldo Anggaran Lebih (SAL) Rp200 triliun terhadap bank-bank Himbara.
Di sisi moneter, Bank Indonesia (BI) juga telah memangkas suku bunga acuan sebesar total 150 basis poin tahun ini hingga berada di level 4,75 persen. Kondisi ini dinilai memberi ruang tambahan bagi penguatan pasar saham ke depan.
“Kami yakin bahwa BI yang dovish, tercermin dari stimulus fiskal agresif, termasuk suntikan SAL sebesar IDR200 triliun—dan momentum ekonomi yang lebih kuat, menciptakan kondisi untuk re-rating (target),” kata Chenlim.
Selain itu, percepatan belanja untuk program unggulan pemerintah, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), dan pembangunan 3 juta rumah per tahun melalui 3M Housing Plan, turut memperkuat asumsi pertumbuhan ekonomi.
Proyeksi ini juga disebut selaras dengan estimasi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pemerintah di kisaran 5,3 hingga 5,5 persen pada tahun tersebut.
Sektor Unggulan
Sejumlah sektor unggulan juga dinilai berpeluang menerima dampak positif dari program-program pemerintah.
Maybank menyebut sejumlah saham seperti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS), dan PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang dipandang menerima benefit dari langkah pemerintah melonggarkan likuiditas.
“Biaya pendanaan yang lebih rendah dan pertumbuhan pinjaman yang semakin cepat diharapkan dapat membantu bank-bank pulih,” ujar dia.
Tak hanya sektor perbankan, analis juga menyoroti sektor industri makanan dan juga produsen semen. Beberapa adalah emiten unggas seperti PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA), dan PT Charoen Pokphand Tbk (CPIN).
Di industri semen, analis menyoroti potensi terhadap saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR), dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Keduanya dinilai potensial dalam menerima manfaat dari program pembangunan 3 juta rumah.
(Dhera Arizona)