Kondisi makro dalam negeri masih relatif sepi. Sehingga secara fundamental pelaku pasar dinilai masih wait and see menanti rilis data produk domestik bruto (GDP) Amerika Serikat (AS) secara pada kuartal IV-2023.
Konsensus memperkiraan adanya penurunan menjadi 3,30% pada tiga bulan pertama tahun lalu, dibandingkan kuartal sebelumnya di level 4,90%.
Phintraco menilai hal itu didorong kekhawatiran terkait pertumbuhan ekonomi AS yang melambat. Namun demikian, masih ada harapan mengingat data pekerjaan non-farm payrolls (NFP) yang menunjukkan peningkatan.
Pada Januari 2024, non-farm payrolls naik dari 333 ribu pada bulan Desember 2023 menjadi 353 ribu di Januari 2024. “Kenaikan data NFP menunjukkan perbaikan sektor ketenagakerjaan dan mengindikasikan pemulihan aktivitas ekonomi pada kuartal I-2024,” terangnya.
Pelaku pasar juga masih menantikan indeks pengeluaran konsumsi pribadi (PCE Index), sebagai rujukan data inflasi bagi bank sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve.
Founder Andersen Capital Management, Peter Andersen, menilai kenaikan inflasi indeks PCE dapat berdampak terhadap kebijakan moneter The Fed. Ini juga sekaligus akan membebani optimisme pasar terkait penurunan suku bunga.
Indikator FedWatch dari CME Group memperkirakan peluang 63% The Fed akan mulai memangkas bunga acuan pada Juni 2024.
"Saya pikir investor mulai terbiasa dengan konsep bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunganya (dalam waktu dekat)," kata Peter dilansir Reuters.
(FRI)