sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Masih Rawan Koreksi, Level 6.700 Jadi Kunci

Market news editor Cahya Puteri Abdi Rabbi
10/02/2025 07:26 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan terkoreksi pada perdagangan Senin (10/2/2025).
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan terkoreksi pada perdagangan Senin (10/2/2025). (Foto: MNC Media)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan terkoreksi pada perdagangan Senin (10/2/2025). (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rawan terkoreksi pada perdagangan Senin (10/2/2025). Sentimen negatif yang masih kuat, terutama dari global, berpotensi menyeret indeks ke zona merah.

Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan mengatakan, pelemahan IHSG dalam beberapa hari terakhir merupakan dampak dari peningkatan ketidakpastian risiko global. Dia menyebut, risiko ini berpotensi memicu capital outflow lanjutan dari Indonesia.

"Dengan demikian, IHSG masih rawan pelemahan lanjutan di Senin. Support critical terdekat saat ini berada di 6.700, dengan support berikutnya di rentang 6.550-6.600," katanya dalam riset.

Valdi menambahkan, secara teknikal, IHSG sebetulnya sudah membentuk long lower-shadow pada Jumat lalu yang merupakan indikasi technical rebound. Namun, sentimen negatif eksternal kembali menekan IHSG.

"Terutama saham-saham bank big caps yang menopang IHSG di akhir pekan lalu, dikhawatirkan turut mengalami aksi jual di awal pekan ini," ujarnya.

Namun, Valdy berharap sejumlah data domestik seperti penjualan motor, keyakinan konsumen, dan penjualan ritel di Januari 2025 masih dapat diharapkan untuk meredam aksi jual tersebut. Adapun konsumsi domestik diprediksi masih cukup solid di Januari 2025, melanjutkan kondisi di atas ekspektasi pada Desember 2024 lalu.

Sementara itu, indeks-indeks Wall Street melemah sekitar 1 persen pada akhir pekan lalu yang mengakhiri kecenderungan uptrend sejak awal pekan. Pelemahan tersebut merespons rencana pengumuman kebijakan tarif baru oleh Presiden AS, Donald Trump.

Kebijakan ini memungkinkan AS untuk menerapkan nilai tarif impor yang sama dengan yang diterapkan oleh mitra dagang atas produk asal AS. Kondisi ini dikhawatirkan memicu lonjakan inflasi global. 

“Risiko inflasi tersebut membuat indikasi pelemahan sektor ketenagakerjaan di AS dari sejumlah data terbaru diyakini tidak akan memengaruhi pandangan hawkish dari the Fed di 2025,” imbuh Valdy.

(Rahmat Fiansyah)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement