Menurut Michael, volatilitas ini tidak lepas dari karakter Trump yang dikenal vokal dan aktif di media sosial. "Ini terjadi karena Trump yang terkenal dengan gaya kepemimpinan yang aktif bermedia sosial dan gaya komunikasi yang agresif," imbuhnya.
Namun demikian, ia mengingatkan agar investor tidak serta-merta mengikuti narasi yang berkembang di permukaan.
"Sebagai investor, mengikuti pola pikir dan apa yang disajikan oleh Trump bukanlah hal yang bijak," tutur Michael. "Investor perlu jeli melihat kondisi ekonomi yang mungkin terjadi serta landasan apa yang bisa kita pegang di tengah isu ini, alih-alih mengikuti berita."
Ia menambahkan bahwa faktor-faktor fundamental seperti aksi korporasi (corporate action) justru lebih penting untuk dicermati.
"Sebagai contoh, banyak saham-saham yang akan melakukan corporate action seperti rights issue, merger, dan pembagian dividen, atau perombakan manajemen. Hal-hal seperti ini perlu menjadi pegangan bagi investor," ujar Michael.