sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Tembus Level 7.500, Saham Konglomerat Bisa Topang Hingga 7.600?

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
24/07/2025 10:17 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hingga kembali ke atas level 7.500 pada Kamis (24/7/2025), yang terakhir kali disentuh pada perdagangan intraday 11 D
IHSG Tembus Level 7.500, Saham Konglomerat Bisa Topang Hingga 7.600? (Foto: MNC Media)
IHSG Tembus Level 7.500, Saham Konglomerat Bisa Topang Hingga 7.600? (Foto: MNC Media)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat hingga kembali ke atas level 7.500 pada Kamis (24/7/2025), yang terakhir kali disentuh pada perdagangan intraday 11 Desember 2024.

Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 10.02 WIB, IHSG melesat 1,22 persen 7.560. Nilai transaksi tercatat mencapai Rp5,11 triliun dan volume perdagangan 7,02 miliar saham.

Sebanyak 334 saham menguat, 233 saham melema, dan 391 sisanya stagnan.

Dengan ini, indeks acuan meningkat 4,56 persen dalam sepekan dan melambung 10,11 persen dalam sebulan terakhir.

Sebelumnya, IHSG sempat rekor reli 11 hari berturut-turut sepanjang bulan ini, yakni selama 7-21 Juli.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh menilai, secara makro, saat ini belum terlihat pemicu yang cukup kuat untuk mendorong laju indeks lebih tinggi.

Namun dari sisi teknikal, ia melihat pergerakan IHSG masih berada dalam pola kenaikan jangka menengah yang terukur.

"IHSG yang menyentuh titik 7.500 secara teknikal merupakan bagian dari target Elliott Wave di impulsive wave 5, yaitu di 7.600,” ujar Michael, Kamis (24/7/2025).

Ia juga mencermati, kenaikan IHSG kali ini bukan didorong oleh sektor perbankan ataupun ig cap tradisional lainnya, melainkan oleh saham-saham konglomerasi energi dan infrastruktur digital.

"Dan kali ini kenaikan indeks ditopang oleh saham-saham konglomerasi seperti DCII, DSSA, BREN, dan BRPT," imbuh Michael.

Menanti Musim Laporan Keuangan

Pasar saham Tanah Air dibayangi oleh sejumlah sentimen negatif, baik dari dalam maupun luar negeri, menjelang musim laporan keuangan semester I-2025.

Pelemahan data makroekonomi serta potensi tekanan dari agenda rebalancing indeks global menjadi perhatian utama pelaku pasar.

Hingga 24 Juli 2025 pukul 10.08 WIB, baru sebanyak 36 dari total lebih dari 950 emiten yang telah melaporkan kinerja keuangan semester I-2025. Baru dimulainya musim laporan keuangan membuat pelaku pasar masih menanti kejelasan arah kinerja emiten di tengah bayang-bayang tekanan di level makro.

Michael sebelumnya menilai kondisi makroekonomi Indonesia saat ini menunjukkan pelemahan yang seharusnya mendorong investor untuk lebih realistis dalam memandang kinerja emiten sepanjang paruh pertama tahun ini.

“Jika kita melihat data umum dari Indeks PMI Manufaktur (Purchasing Managers' Index) dan PDB, Indonesia mengalami pelemahan di bawah konsensus,” ujar Michael, Rabu (30/7/2025).

Ia merinci, “PMI terkontraksi di kuartal I-2025 dan II-2025, masing-masing sebesar 51 dan 47. Kemudian pertumbuhan PDB di angka 4,8 persen.”

Dengan kondisi tersebut, menurutnya, “Investor perlu menurunkan ekspektasi terhadap laporan keuangan semester I-2025.”

Lebih lanjut, Michael juga mengingatkan sejumlah faktor global yang bisa menekan arus modal masuk ke pasar saham domestik.

“Saat ini investor perlu memperhatikan suku bunga AS, pelemahan ekonomi China, dan risiko inflasi yang dapat menekan capital inflow bahkan di semester II-2025,” imbuh Michael.

Ia juga menyoroti agenda penting yang akan terjadi bulan depan. “Dan di Agustus akan ada rebalancing MSCI. Berdasarkan metode market cap dan weighting mereka, bisa dipastikan akan ada outflow lanjutan untuk saham-saham bluechip, terutama perbankan,” ujar Michael.

Namun di balik tekanan tersebut, ia melihat potensi titik balik. “Hal ini justru bisa menjadi titik bottom untuk sektor perbankan pada hari rebalancing, yaitu 27 Agustus,” katanya. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement