sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

IHSG Turun 1 Persen seiring Tumbangnya Saham Konglo, Analis Soroti Level Penting Ini

Market news editor TIM RISET IDX CHANNEL
04/08/2025 15:32 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan pada perdagangan Senin (4/8/2025) siang di tengah kejatuhan saham-saham konglomerat.
IHSG Turun 1 Persen seiring Tumbangnya Saham Konglo, Analis Soroti Level Penting Ini. (Foto: Freepik)
IHSG Turun 1 Persen seiring Tumbangnya Saham Konglo, Analis Soroti Level Penting Ini. (Foto: Freepik)

IDXChannel – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun signifikan pada perdagangan Senin (4/8/2025) siang di tengah kejatuhan saham-saham konglomerat.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 15.17 WIB, IHSG melemah 1,02 persen 7.460,74. Sebanyak 347 saham melemah, 307 menguat, dan 302 sisanya stagnan.

Nilai transaksi tercatat mencapai Rp13,03 triliun dan volume perdagangan 24,88 miliar.

Saham tambang Grup Salim, AMMN, anjlok 13,86 persen, turut menekan indeks.

Demikian pula, saham Grup Barito Besutan Prajogo Pangestu merosot tajam. Sebut saja, CUAN ambles 6,89 persen, BREN tergerus 6,09 persen, BRPT 4,46 persen, TPIA 4,17 persen.

Saham produsen mi instan Grup Salim, ICBP, berkurang 3,03 persen, dan emiten properti milik Aguan dan Salim, PANI, terdepresiasi 2,17 persen.

Sementara, saham bank besar—yang kerap menjadi penggerak utama indeks—bergerak beragam. Saham BBRI turun 1,07 persen dan BBNI memerah 0,25 persen, sedangkan BBCA stagnan dan BMRI naik 1,55 persen.

Pengamat pasar modal Michael Yeoh memperkirakan, tren IHSG berpotensi mengalami jeda dalam waktu dekat. Menurutnya, level tertinggi yang baru saja dicapai menjadi penanda rehat dari salah satu fase utama dalam teori Elliott Wave.

“Menyusul IHSG mencapai puncak dari wave 5 di 7.600,” ujar Michael, “selanjutnya IHSG ada potensi menuju correction wave ABC.”

Ia menambahkan, potensi pelemahan tersebut bisa membawa IHSG ke level yang lebih rendah dalam waktu dekat. “Di mana potensi wave C adalah 7240,” katanya, Senin (4/8/2025).

Di pasar lainnya, mata uang Asia menguat pada perdagangan Senin (4/8), dipimpin oleh ringgit Malaysia dan rupiah Indonesia, seiring pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang memberi ruang pemulihan bagi mata uang kawasan tersebut.

Sementara itu, mengutip Reuters, investor turut mencermati dampak dari tarif baru Presiden AS Donald Trump terhadap perekonomian regional.

Indeks dolar AS sedikit pulih pada Senin setelah anjlok lebih dari 1 persen pada Jumat lalu, menyusul pengumuman tarif besar-besaran dari Trump dan laporan ketenagakerjaan AS yang mengecewakan. Kondisi ini memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga yang lebih agresif oleh Federal Reserve (The Fed) pada September.

“Data pekerjaan yang lemah telah menggagalkan narasi ‘eksepsionalisme AS’ yang sebelumnya mendukung dolar,” ujar ahli strategi valas di OCBC, Christopher Wong.

Ia menambahkan bahwa data ISM sektor jasa dan klaim pengangguran yang akan dirilis pekan ini akan sangat menentukan apakah The Fed akan bertindak lebih agresif untuk menopang ekonomi.

Langkah Trump menaikkan tarif turut menghantam negara-negara Asia, dengan besaran antara 15 persen hingga 40 persen. India menghadapi tarif tertinggi di antara negara-negara besar Asia, yakni 25 persen, sementara Korea Selatan berhasil menegosiasikan tarif menjadi 15 persen setelah pembicaraan intensif.

Sejumlah negara kawasan seperti Vietnam, Indonesia, Filipina, Jepang, dan Kamboja telah mencapai kesepakatan setelah berminggu-minggu negosiasi, membuat pasar menilai ulang negara mana yang paling berisiko mengalami gangguan ekspor.

“Kami menilai ini hasil yang lebih baik dibanding perkiraan sebelumnya, meskipun tarif yang dikenakan tetap jauh lebih tinggi dari kondisi sebelumnya,” kata ekonom ASEAN dan India di BofA Securities, Rahul Bajoria.

“Wilayah ASEAN sempat mengalami percepatan ekspor, sehingga penyesuaian saat ini tidak terhindarkan. Namun dengan prospek pertumbuhan yang membaik, kami melihat ruang yang cukup bagi pertumbuhan PDB di kawasan ini,” imbuh Bajoria.

Di sisi lain, pemecatan Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja AS Erika McEntarfer oleh Trump—yang menudingnya memanipulasi data pekerjaan—menambah ketidakpastian pasar terhadap keandalan data ekonomi AS. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement