“Selain itu, kegagalan IHSG dalam menembus resistance 6.950 mendorong kepanikan pasar yang meyakini sell in may sedang terjadi,” kata William kepada IDX Channel, Rabu (3/5).
Asal tahu saja, strategi sell in may tersebut muncul karena secara historis kinerja saham selama periode Mei hingga Oktober cenderung merosot. Sehingga, investor disarankan untuk menjual sahamnya pada periode ini dan kembali pada bulan November.
Kendati demikian, William mengatakan bahwa pelaku pasar tetap dapat berinvestasi saham di saat IHSG cenderung melemah di periode ini.
“Pelaku pasar bisa mengincar saham yang tetap menguat saat IHSG lemah, karena jika pelemahan IHSG signifikan, maka kemungknan penekannya dalah saham big cap, sehingga saham second dan third liner bisa menjadi alternatif untuk sementara,” kata William.
Senada dengan William, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta mengatakan bahwa selama bulan Mei, investor bisa memanfaatkan penurunan saham untuk mengakumulasi emiten yang punya kinerja fundamental hingga prospek positif.