IDXChannel - PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) bakal menggelar Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD I) atau rights issue dengan nilai triliunan rupiah.
INET berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,8 miliar saham baru. Dengan harga pelaksanaan (exercise) sebesar Rp250, perseroan bakal memperoleh dana hingga Rp3,2 triliun.
Rasio rights issue ditetapkan 3:4, artinya setiap pemegang 3 saham lama berhak atas 4 Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights. Aksi korporasi ini berpotensi mendilusi kepemilikan hingga 57,14 persen bagi pemegang saham yang tidak ikut serta.
Manajemen INET mengungkapkan, PT Abadi Kreasi Unggul Nusantara (AKUN), pemegang saham pengendali perseroan dengan kepemilikan 60,62 persen saham berkomitmen untuk menyerap seluruh haknya. Bahkan, AKUN siap menjadi pembeli siaga (standby buyer) untuk menyerap sisa saham yang tidak ditebus.
"AKUN menyatakan siap melaksanakan HMETD senilai Rp1,78 triliun dari porsi kepemilikannya dan menjadi pembeli siaga hingga maksimal 5,65 miliar saham atau senilai Rp1,41 triliun jika saham baru tak seluruhnya terserap pasar," kata manajemen INET, Jumat (26/9/2025).
Dengan demikian, total potensi injeksi dana dari AKUN dan hasil seluruh dana aksi korporasi ini ke kas INET bisa mencapai Rp3,2 triliun. Hal ini menandakan keyakinan penuh terhadap prospek jangka panjang perusahaan.
Dana hasil rights issue ini rencananya digunakan untuk mempercepat ekspansi jaringan Fiber To The Home (FTTH) berkecepatan tinggi dengan teknologi Wi-Fi 7. Sebanyak Rp2,8 triliun akan dikucurkan ke anak usaha, GPI, untuk menggaet 2 juta pelanggan baru di Bali dan Lombok.
Selain itu, dana juga dialokasikan untuk PFI sebesar Rp213,44 miliar untuk melunasi biaya sewa jaringan kabel bawah laut (IRU) ke PT JMP, IAB sebesar Rp135 miliar untuk modal kerja FTTH di Pulau Jawa, dan sisanya untuk pengembangan layanan, pembelian perangkat, pemasaran, pelatihan, dan biaya overhead lainnya.
Dalam aksi korporasi ini, INET juga akan menerbitkan hingga 3,07 miliar Waran Seri II dengan rasio 25:6, yang bisa dikonversi menjadi saham baru pada periode 3 Juni 2026-1 Desember 2028. Potensi tambahan dana dari waran ini mencapai Rp921,6 miliar.
(Rahmat Fiansyah)