IDXChannel - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama pekan keempat bulan Agustus 2021 akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen baik dari dalam maupun luar negeri.
Direktur Ekuator Swarna Investama, Hans Kwee mengatakan, sentimen pertama IHSG akan dipengaruhi dari kabar The Fed yang telah membahas mulai menghapus beberapa stimulus moneter, kemungkinan perubahan kebijakan terjadi sebelum akhir tahun ini karena ekonomi Amerika Serikat mendapatkan momentum pemulihan yang kuat. Pejabat The Fed menegaskan bahwa tapering tidak selalu berarti kenaikan suku bunga dalam waktu dekat.
"Pelaku pasar khawatir Federal Reserve dapat menghapus stimulus tahun ini, ditengah perlambatan ekonomi yang terpukul karena penyebaran Covid-19 varian Delta Covid. Tetapi kekhawatiran the Fed dapat memulai kebijakan moneter ketat lebih cepat dari perkiraan mulai mereda di akhir pekan, dimana bursa saham Wall Street terlihat menguat," ujar Hans dalam keterangan tertulis, Senin (23/8/2021).
Sentimen selanjutnya, Hans menyebut bahwa fokus pelaku pasar pada pekan ini adalah pada konferensi tahunan bank sentral atau yang dikenal sebagai forum Jackson Hole, Wyoming, yang berlangsung 26-28 Agustus minggu depan. Chairman The Fed Jerome Powell mungkin saja dapat memberi sinyal bahwa the Fed siap untuk mulai mengurangi dukungan moneter. Jerome Powell akan berbicara tentang "prospek ekonomi", di mana beberapa analis memperkirakan dia akan menyusun roadmap lebih jelas tentang rencana tapering bank sentral Amerika Serikat.
"Taper tantrum berpotensi membuat aset-aset berisiko turun dalam jangka pendek, termasuk pelemahan mata uang negara seperti rupiah," kata dia.
Selanjutnya, sentimen terhadap pergerakan IHSG pekan ini juga akan dipengaruhi dari berbagai negara seperti di China yang telah memberlakukan metode desinfeksi yang lebih ketat di pelabuhan, menyebabkan kemacetan dan berpotensi mengganggu pasokan barang. China telah menerapkan lockdown lagi yang mempengaruhi pengiriman dan rantai pasokan global.
China bertindak keras menekan pandemi menjadi minimal, yang merupakan ancaman langsung untuk profil permintaan di sana. Negara-negara termasuk Australia telah meningkatkan pembatasan perjalanan.
Amerika Serikat dan China juga telah memberlakukan pembatasan kapasitas penerbangan. Sejumlah negara Asia mengumumkan menerapkan langkah-langkah drastis untuk mengekang kebangkitan Covid-19 karena munculnya varian Delta.
"Disisi lain beberapa perusahaan AS telah menunda rencana membuka kantor. Apple Inc, perusahaan AS terbesar berdasarkan nilai pasar, menunda pembukaan kantor bagi pekerjanya hingga awal 2022. Nampaknya ekonomi global akan mengalami dampak perlambatan pemulihan akibat varian Delta," ucapnya.
Lalu, sentimen selanjutnya datang dari Badan Pangan dan Obat-obatan (FDA) atau BPOM di AS yang dikabarkan akan memberi izin penggunaan penuh, bukan lagi izin penggunaan darurat (UEA) untuk vaksin Covid-19 Pfizer-BioNTech pada hari ini. Langkah ini akan menjadikan Pfizer-BioNTech sebagai vaksin Covid pertama yang beralih dari otorisasi penggunaan darurat menjadi persetujuan penuh FDA.
Dari dalam negeri, untuk memenuhi kebutuhan vaksin Covid-19 nasional hingga akhir tahun nanti, pemerintah telah memegang komitmen dari sejumlah pihak untuk mendatangkan sekitar 370 juta dosis. Pemerintah juga menargetkan untuk mendapatkan tambahan pasokan vaksin lagi, sehingga jumlah total vaksin bisa mencapai 430 juta dosis.
Karena penduduk Indonesia yang akan di vaksin sekitar 200 juta jiwa maka Indonesia membutuhkan 400 juta dosis, sehingga angka 430 juta dosis sudah lebih dari kebutuhan saat ini.
Indonesia juga menerima kedatangan perdana 1,5 juta dosis vaksin Pfizer. Ini merupakan bagian dari perjanjian B2B antara pemerintah Indonesia dan perusahaan Pfizer, Amerika Serikat. Selain Pfizer, tiga jenis vaksin lain yang juga bagian dari perjanjian B2B yaitu Sinovac, AstraZeneca, dan Novavax. Kemenkes dengan PT Pfizer dan BioNTech SE telah menyepakati kerja sama untuk menyediakan 50 juta dosis vaksin Pfizer.
"Selain itu ada sekitar 20 juta sampai 30 juta vaksin business to business dari AstraZeneca untuk melengkapi 175 juta dosis vaksin Sinovac. Indonesia juga menunggu persetujuan dari Amerika Serikat untuk 50 juta dosis vaksin Novavax yang diharapkan akan keluar persetujuannya dalam waktu dekat. Ketersediaan vaksin merupakan salah satu faktor positif bagi pasar keuangan Indonesia," tuturnya.
Selanjutnya, terkait dengan Bank Indonesia yang mempertahankan suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,50 persen. Bank Indonesia juga mempertahankan suku bunga deposit facility di level 2,75 persen dan suku bunga lending facility sebesar 4,25 persen. Bank Indonesia memastikan ketersediaan dana di industri perbankan masih sangat mencukupi dan longgar.
Bank Indonesia telah membantu memenuhi kebutuhan likuiditas dengan melakukan quantitative easing di perbankan sebesar Rp114,15 triliun hingga 16 Agustus 2021. Selain itu untuk mendukung pembiayaan APBN, Bank Indonesia juga telah melakukan pembelian SBN di pasar perdana sebesar Rp131,96 triliun. Jumlah ini yang terdiri dari Rp56,50 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option (GSO).
Yang menjadi perhatian pelaku pasar adalah bagaimana Bank Indonesia merespon kemungkinan tapering oleh The Fed di tahun ini. Bank Indonesia perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan menjaga suku bunga tetap kompetitif sehingga arus modal asing tetap masuk ke Indonesia dan dapat menjaga agar Rupiah tetap stabil.
"Pasar mungkin akan konsolidasi menantikan pertemuan ini yang hasilnya mungkin baru ketahuan akhir Agustus. IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 5.947 sampai 5.884 dan resistance di level 6.110 sampai 6.263," jelasnya.
(SANDY)