Secara historis indeks IKK menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) mengalami peningkatan akibat tingginya konsumsi masyarakat pada periode tersebut.
Menurut Ratih, jika menakar katalis yang terjadi secara global, terlihat potensi penurunan ekonomi. Tergambar dari perekonomian China yang belum seluruhnya pulih. Angka inflasi China pada Maret 2023 di level 0,7% YoY, lebih rendah dari perolehan bulan sebelumnya sebesar 1% YoY dan masih jauh dibawah target Bank Sentral China (PBoC) sebesar 3%.
Angka inflasi Amerika Serikat (AS) pada Maret 2023 secara tahunan telah mereda di level 5% YoY, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 6% YoY. "Walaupun telah turun, raihan inflasi tersebut masih diatas target The Fed sebesar 2%. Di sisi lain turunnya angka inflasi akibat suku bunga The Fed yang telah di level 4,75-5% berpotensi melemahkan perekonomian AS," katanya.
Rilis data ekonomi China dan AS jadi katalis negatif bagi Indonesia khususnya pada neraca perdagangan karena China dan AS menjadi pangsa pasar ekspor non migas terbesar Indonesia dengan persentase masing-masing 23% dan 10% di sepanjang tahun 2022. Adapun indeks sektor energi dan teknologi yang terkoreksi dalam sepekan turut diakibatkan oleh sentimen potensi melemahnya ekonomi global.
Katalis yang berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG di minggu depan (17 dan 18 April 2023) adalah rilis neraca perdagangan Indonesia dan keputusan BI 7-Day Reverse Repo Rate. Surplus neraca perdagangan diproyeksikan terkoreksi sering dengan melemahnya permintaan global.