Kapasitas penyimpanan kontainer dinilai juga bakal bertambah, sejak dari tahap awal sebesar 550 ribu TEUs per tahun, menjadi 900 ribu TEUSs per tahun setelah tahap 2 rampung.
“Sekitar 75 persen material kita adalah dari dalam negeri, besi, material penunjang, beton, dan lainnya. Sedangkan 100 persen pekerja lokal,” tutur Manajer Proyek Pembangunan Container Yard dan Infrastruktur Pendukung Terminal Peti Kemas Batu Ampar WSBP, Ahmad Fariz.
Sementara itu, General Manager Pengembangan PT Persero Batam, Fikri Amrullah Muryasani mengatakan pembangunan pelabuhan Batu Ampar diharapkan dapat menambah direct call atau pelayaran langsung ke negara tujuan.
Selama ini diakui, kapal-kapal kargo berukuran besar melakukan transit ke sejumlah pelabuhan Singapura, sebelum diangkut menggunakan feeder ke pelabuhan peti kemas Batam.
Selain karena teknologi dan fasilitas penunjang, ukuran pelabuhan Batu Ampar juga dinilai menjadi faktor tersebut, sehingga modernisasi pelabuhan peti kemas Batu Ampar menjadi urgen dalam jalur perdagangan di Selat Malaka.