IDXChannel – Warren Buffet menjadi panutan banyak orang yang berinvestasi di pasar modal. Maklum saja, dia mampu meracik portofolio investasi yang menguntungkan hingga mengantarnya masuk jajaran atas orang terkaya di dunia.
Pendiri, komisaris, direktur sekaligus pemegang saham utama Berkshire Hathaway itu juga didapuk sebagai salah satu investor terbaik di dunia. Bahkan, dia memiliki julukan Oracle of Omaha atau peramal dari Omaha karena jeli melihat peluang investasi yang mendatangkan cuan.
Banyak orang akhirnya penasaran dengan strategi investasinya. Padahal, strategi yang dia terapkan hanya satu yaitu kesetiaannya pada metode investasi berjenis value investing.
Value Investing
Value investing merupakan strategi dengan melihat nilai intrinsik suatu saham yang diperoleh berdasarkan analisis kinerja perusahaan. Metode ini dilakukan dengan menganalisis rasio pada fundamental perusahaan.
Strategi Warren Buffett itu mengadopsi pendekatan ini dari mentornya yakni Benjamin Graham yang dikenal sebagai “Bapak value investing”.
Bila berinvestasi dengan strategi value investing, berarti investor membeli saham dengan harga murah dengan harapan akan melonjak di masa depan sehingga mendatangkan keuntungan yang besar.
Para investor juga perlu menganalisis kondisi fundamental perusahaan dengan mengamati laporan keuangan, strategi bisnis, kualitas manajemen, pergerakan saham, hingga prospek perusahaan ke depan.
Metode tersebut memungkinkan value investor untuk memilih perusahaan dengan kinerja baik namun sedang mengalami kesulitan keuangan, seperti yang dilakukan Warren Buffett dalam membeli saham Berkshire Hathaway (BRK).
Saat mengambil alih BRK pada 1964, kinerjanya sedang ambruk. Warren Buffet membeli saham perusahaan tekstil tersebut seharga USD12,37/saham.
Seiring berjalannya waktu, saham BRK, yang kemudian menjadi kendaraan investasi Buffett, semakin bertumbuh. Bahkan saat ini harganya mencapai USD428.465/saham.
Strategi itu pun dia terapkan kembali saat membeli saham Coca-cola pada tahun 1989. Kala itu, harga per lembar saham Coca-Cola hanya sekitar USD40 atau Rp 500 ribuan. Namun, kini harga per lembar sahamnya mencapai USD5 juta atau setara Rp 66,5 miliar.
Warren Buffet pun menyebut membeli perusahaan yang punya nilai tinggi dengan harga wajar lebih baik dibanding membeli perusahaan biasa dengan harga yang mahal.