sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Investasi Obligasi dan Reksa Dana Lebih Aman saat Resesi, Begini Penjelasannya

Market news editor Atikah Umiyani/MPI
15/12/2022 19:23 WIB
Pasar saham tetap menarik sebagai salah satu pilihan investasi karena potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung oleh harga komoditas.
Investasi Obligasi dan Reksa Dana Lebih Aman saat Resesi, Begini Penjelasannya (Foto: MNC Media)
Investasi Obligasi dan Reksa Dana Lebih Aman saat Resesi, Begini Penjelasannya (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kondisi perekonomian global masih terus menghadapi banyak tantangan pada tahun depan. Di tengah ancaman resesi, investasi obligasi hingga reksa dana dinilai lebih aman.

Head of Research & Advisory Bank Commonwealth Thadly Chandra menjelaskan, kondisi ekonomi dunia pada 2023 dipengaruhi oleh inflasi yang tinggi dampak kenaikan harga komoditas, pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral, hingga konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang masih terus berlanjut.

Namun demikian di tengah ketidakpastian global, ekonomi Indonesia diperkirakan masih dapat tumbuh kuat pada kisaran 4,5 persen sampai 5,3 persen. Hal ini didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan tetap positifnya kinerja ekspor.

Adapun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan outlook perekonomian global 2023 yang berada pada rentang 2,2 persen hingga 2,7 persen.

“Di tengah ancaman resesi global, investasi di kelas aset pendapatan tetap seperti obligasi pemerintah atau reksa dana pendapatan tetap lebih aman karena memiliki tingkat risiko yang lebih rendah namun tetap berpotensi memberikan imbal hasil,” ujar Thadly. “Akan tetapi, koreksi pada kelas aset ekuitas juga bisa dijadikan peluang bagi investor untuk mengakumulasi secara bertahap dengan metode dollar cost averaging, dengan pilihan investasi seperti reksa dana saham," paparnya. 

Thadly melanjutkan, pasar saham tetap menarik sebagai salah satu pilihan investasi karena potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang didukung oleh harga komoditas yang tinggi, pembukaan kembali aktivitas ekonomi, dan peningkatan konsumsi masyarakat khususnya di sektor pariwisata. 

Berdasarkan tren historis, pada saat inflasi meningkat dan terjadi risiko resesi, saham-saham blue chip dengan fundamental kuat seperti sektor konsumer dan perbankan memiliki kinerja yang tetap baik. Sektor konsumer cenderung lebih resilience terhadap ancaman resesi karena masyarakat tetap memenuhi kebutuhan dasar.

Investor dengan profil risiko tinggi (agresif) yang berfokus pada pertumbuhan dapat mengoptimalkan porsi reksa dana saham hingga 80% dari portofolio investasi, sedangkan investor dengan profil risiko sedang (moderat) dapat mengalokasikan 50% investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30% reksa dana saham, dan 20% pasar uang. 

Sementara itu investor dengan profil risiko rendah (konservatif) dapat mengalokasikan 60% investasi di reksa dana pendapatan tetap, 30% pasar uang, dan 10% reksa dana saham.

“Investor tetap harus berhati-hati dalam menyusun portofolio investasi, sebaiknya menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan. Investor juga dapat memanfaatkan aplikasi untuk memonitor portofolio investasi kapanpun dan dimanapun,” tukas Thadly.

(DES)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement