IDXChannel - Pasar menyambut positif pengumuman perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat oleh Presiden Joko Widodo tadi malam. Bak gayung bersambut, sejumlah investor asing langsung melakukan aksi beli, di mana bank Himbara yang paling diminati.
Berdasarkan pantauan RTI Business, Rabu (21/7/2021), sejumlah saham bank besar di mana tiga di antaranya tergabung dalam Himbara masuk dalam limba besar saham yang diminati asing. Hanya satu yang berasal dari sektor kesehatan.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menjadi saham yang paling banyak dibeli oleh investor asing. Itu terlihat dari Net Foreign Buy (NFB) atas saham tersebut mencapai Rp57,4 miliar, alhasil saham emiten berkode BBRI ini pun naik 80 poin atau 1,85%, dan kini seharga 3.850.
Hal yang sama juga terjadi pada PT Bank Mandiri Tbk, di mana nilai NFB mencapai Rp50,4 miliar. Dorongan beli yang dilakukan asing membuat saham emiten berkode BMRI ini mengalami penambahan 150 poin, atau naik 2,61%. Kini saham berada di level 5.900.
PT Bank Central Asia Tbk menjadi satu-satunya sektor swasta di mana sahamnya juga menarik minat asing. Nilai NFB atas saham emiten berkode BBCA ini sebesar Rp16 miliar. Angka itu mendorong kenaikan harga saham ke level 30.350, dengan perolehan 325 poin atau naik 1,08%.
Sedangkan di posisi selanjutnya terdapat PT Bank Negara Indonesia Tbk, di mana angka NFB atas saham Himbara ini sebesar Rp12,3 miliar. Besarnya angka pembelian yang dilakukan asing mendorong harga saham ke angka 4.920 dengan kenaikan 100 poin, atau 2,07%.
Saham milik PT Prodia Widyahusada Tbk menjadi satu-satunya sektor kesehatan yang menarik minat investor asing. Nilai NFB atas saham ini sebesar Rp8,6 miliar, namun hal itu tidak membuat saham masuk ke zona hijau.
Saham emiten berkode PRDA ini justru terkoreksi 450 poin, atau 5,52% pada perdagangan hari ini. Perolehan itu membuat saham turun ke level 7.700.
Sementara itu, secara jumlah, nilai NFB di semua pasar perdagangan mencapai Rp94,80 miliar, di mana sebagian besar berasal dari pasar reguler di angka Rp97,76 miliar. Sebaliknya, asing justru melakukan banyak aksi jual di pasar negosiasi dan tunai, di mana angkanya mencapai minus Rp4,71 miliar. (TYO)