sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Investor Kakap Beralih ke Obligasi Usai Tahun Sulit, Berkah Buat RI?

Market news editor Maulina Ulfa - Riset
24/05/2023 15:50 WIB
Pasar obligasi disebut akan semakin dilirik investor besar di tahun ketidakpastian seperti saat ini.
Investor Kakap Beralih ke Obligasi Usai Tahun Sulit, Berkah Buat RI? (Foto: Edwardjones.com)
Investor Kakap Beralih ke Obligasi Usai Tahun Sulit, Berkah Buat RI? (Foto: Edwardjones.com)

IDXChannel - Pasar obligasi disebut akan semakin dilirik investor besar di tahun ketidakpastian seperti saat ini.

Dilaporkan Financial Times, Selasa (24/5/2023), Capital Group memperkirakan sebanyak USD1triliun atau setara Rp. 14.880 triliun (Kurs Rp. 14.880 per USD) akan mengalir ke pasar utang dalam beberapa tahun ke depan.

Hal ini karena investor bergerak untuk mengincar imbal hasil (yield) yang lebih tinggi.

Analisis Capital Grup menyebut grup manajemen aset besar akan kembali menumpuk portofolio mereka ke aset pendapatan tetap untuk mengunci imbal hasil yang lebih tinggi.

Ini merupakan langkah maju setelah periode kinerja buruk untuk obligasi sepanjang tahun lalu.

Dengan kondisi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) semakin mendekati akhir dari siklus pengetatan suku bunga, investor institusional dan ritel tengah gencar membeli obligasi baik negara maupun obligasi korporasi.

“Obligasi menjadi menarik lagi, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama. Mereka cukup membosankan dengan tarif nol selama beberapa tahun. Ini sangat sederhana di mana imbal hasil jauh lebih tinggi daripada sebelumnya dan itu berarti Anda memiliki ekspektasi pengembalian yang lebih tinggi,” kata Sebastien Page, kepala strategi investasi multi-aset global T Rowe Price, dikutip Financial Times, Selasa (23/5/2023).

Obligasi AS Banjir Peminat

Kenaikan tajam suku bunga AS selama 12 bulan terakhir membuat harga obligasi jatuh. Hal tersebut turut menyebabkan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) atau US Treasury lebih tinggi dalam satu dekade terakhir.

Diketahui lebih dari USD332 miliar dana investasi pendapatan tetap seperti obligasi mengalir keluar dari AS tahun lalu, menurut data Morningstar.

Namun, kondisi saat ini mulai berubah di mana lebih dari USD100 miliar dana investor telah mengalir ke instrumen pendapatan tetap selama empat bulan pertama tahun ini.

"Kami melihat pergerakan besar menuju pendapatan tetap. Rasanya seperti tahap awal dari apa yang terjadi di pasar saham, bergerak lebih ke pasif,” kata Yie-Hsin Hung, kepala eksekutif State Street Global Advisors.

Adapun Mike Gitlin, kepala pendapatan tetap global di Capital Group, yang mengelola aset senilai USD2,2 triliun, mengatakan, karena lingkungan suku bunga yang lebih tinggi membuat obligasi AS tetap menarik meskipun negara tersebut masih diterpa isu default utang.

“Kita melihat rata-rata USD500 juta aliran baru bersih ke pasar obligasi per minggu. Saya pikir Anda akan melihat sebanyak USD1 triliun akan mengalir kembali ke pasar obligasi dalam beberapa tahun mendatang dan Anda akan melihatnya berakselerasi," kata Mike.

Sebagian dari pergeseran antusiasme ini disebabkan oleh kinerja obligasi sangat buruk tahun lalu.  Imbal hasil US Treasury tenor dua tahun, yang sensitif terhadap suku bunga, meroket dari 0,7% menjadi 4,4%. Adapun yield US Treasury tenor 10 tahun sempat melonjak dari 1,5% menjadi 3,8%.

Dua instrumen ini sangat diminati para pengelola aset manajemen dalam beberapa waktu terakhir. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

 

Saat ini, yield US Treasury tenor 2 tahun dan 10 tahun tercatat masing-masing di level 4,2% dan 3,6%.

Informasi saja, harga obligasi turun saat imbal hasil naik. Dan sebaliknya.

“2022 adalah bencana besar bagi instrument pendapatan tetap (obligasi) dan dengan beberapa indikator, menjadi tahun terburuk dalam catatan pasar obligasi,” kata analisis T Rowe Price.

Saat ini, obligasi kian dilirik karena kemampuan untuk menghasilkan imbal hasil tinggi yang dan memungkinkan investor yang menghindari risiko.

Sebagai contoh, aset manajemen yang yang menangani dana pensiun diperkirakan akan kembali mengalokasikan dana kelolaannya ke instrumen tersebut.

Investor juga tengah bertaruh The Fed akan terpaksa memangkas suku bunga paling cepat tahun ini.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement