"Kebutuhan akan menara itu sangat vital ke depannya, cuma ke depan itu yang nantinya perlu kita cermati dari Mitratel itu apakah akan ada pengembangan bisnis di luar menara atau tidak," terang Reza.
Reza meyakini terobosan Mitratel selain untuk bisnis industri dan penyewaan menara bakal semakin membuat investor berani untuk terus memegang sahamnya untuk jangka waktu yang lama
"Kalau sekarang Mitratel sebagai anak usaha telkom tentu ini akan jadi benefit bagi mereka, karena sebagian besar masyarakat kita ini kan memakai produk provider mereka, dan ini akan membuat Mitratel terbantukan dengan induknya itu baik Telkom dan Telkomsel," tegasnya.
Mitratel menawarkan 25.540.000.000 saham atau 29,85 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor perusahaan setelah penawaran umum, senilai Rp775-Rp975 per lembar saham. Dengan demikian, perseroan diperkirakan bakal memperoleh dana segar sebanyak Rp19,79 triliun hingga Rp24,90 triliun dari IPO ini.
Perseroan menyatakan bahwa dana IPO ini akan digunakan sebanyak 44 persen untuk belanja modal seperti penambahan penguatan, penambahan menara telekomunikasi, pembangunan menara baru dan penambahan site baru, serta ekspansi ke teknologi dan layanan yang berkaitan dengan bisnis penyewaan menara.