sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jalin Kemitraan dengan DEWA-PTRO, Pendapatan IBFN Melonjak 807 Persen

Market news editor Dhera Arizona Pratiwi
17/11/2025 17:05 WIB
PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) mencatatkan pendapatan sebesar Rp143,79 miliar hingga September 2025. Angka ini melonjak 807 persen.
Jalin Kemitraan dengan DEWA-PTRO, Pendapatan IBFN Melonjak 807 Persen.
Jalin Kemitraan dengan DEWA-PTRO, Pendapatan IBFN Melonjak 807 Persen.

IDXChannel - Emiten yang bergerak di bidang perdagangan alat pengangkutan komersial, PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) mencatatkan pendapatan sebesar Rp143,79 miliar hingga September 2025. Angka ini melonjak 807 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2024 sebesar Rp15,85 miliar.

Direktur Utama IBFN Petrus Halim mengatakan, pertumbuhan kinerja tersebut tidak lepas dari peningkatan produktivitas armada, penguatan efisiensi operasional, serta selektivitas dalam menjalankan proyek-proyek penyewaan alat berat sepanjang 2025.

“Saat ini perseroan terus mengembangkan kerja sama di bidang rental alat berat. Perseroan telah menjalin kemitraan dengan beberapa perusahaan besar, antara lain PT Darma Henwa Tbk (DEWA), PT Mitra Stania Prima, dan PT Petrosea Tbk (PTRO),” ujarnya dalam Paparan Publik, Jakarta, Senin (17/11/2025).

Ke depan, kata Petrus, perseroan akan terus memperkuat strategi dalam menjalin kerja sama dengan mitra strategis yang memiliki kompetensi serta kapasitas finansial yang solid di sektor perdagangan alat pengangkutan komersial.

Selain itu, perseroan juga berkomitmen menjaga hubungan jangka panjang dengan para pelanggan melalui penyediaan layanan purna jual yang komprehensif, termasuk dukungan konsultasi lapangan dan rekomendasi solusi alat pengangkutan komersial yang paling sesuai dengan kebutuhan operasional mereka.

Dia menyampaikan, perseroan mencatat sejumlah tantangan yang masih akan dihadapi ke depan. Salah satunya adalah persaingan yang semakin ketat di antara para penyedia jasa rental, khususnya dari pemain besar yang telah memiliki armada lebih lengkap serta jaringan operasional yang luas.

Selain itu, biaya operasional yang tinggi, meliputi perawatan unit, konsumsi bahan bakar, serta kebutuhan mobilisasi alat antar proyek, juga menjadi faktor yang perlu dikelola secara cermat.

Tantangan lainnya adalah permintaan yang bersifat fluktuatif, bergantung pada kondisi ekonomi, musim, serta jadwal pengerjaan proyek baik dari sektor pemerintah maupun swasta.

"Perseroan juga menilai bahwa keterbatasan tenaga ahli termasuk operator berpengalaman serta teknisi alat berat bersertifikat di beberapa wilayah masih menjadi tantangan yang harus diantisipasi," katanya.

Selain itu, ujar Petrus, risiko kerusakan unit serta potensi keterlambatan pembayaran dari pelanggan turut menjadi faktor yang dapat memengaruhi arus kas dan jadwal penyewaan alat.

Meski demikian, perseroan tetap bersikap optimistis dengan melihat berbagai peluang yang tersedia. Salah satunya berasal dari pertumbuhan proyek infrastruktur nasional maupun daerah, seperti pembangunan jalan, jembatan, dan bendungan, yang diyakini akan mendorong permintaan terhadap layanan rental alat berat.

Selain itu, dia mengatakan, meningkatnya aktivitas pertambangan dan energi di wilayah Kalimantan serta daerah lainnya turut membuka peluang bagi pertumbuhan permintaan alat berat. Sektor perkebunan dan agribisnis juga diperkirakan memberikan kontribusi positif, mengingat kebutuhan alat berat untuk kegiatan pembukaan maupun perawatan lahan.

Di sisi lain, tren ‘sewa dibanding beli’ yang semakin berkembang di kalangan kontraktor dan pengembang menjadi potensi yang dapat menjaga keberlanjutan kinerja perseroan.

Menurutnya, perkembangan digitalisasi dan platform penyewaan berbasis digital juga membuka akses pasar yang lebih luas bagi perseroan.

"Selain itu, peluang kerja sama dengan pemerintah, BUMD, serta perusahaan-perusahaan besar lainnya menjadi ruang pertumbuhan yang terus dioptimalkan," ujar Petrus.

(Dhera Arizona)

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement